Berita Gianyar

Anggota DPRD Gianyar Sulap Lahan Non Produktif Seluas 31 Are Jadi Kebun Beromset Puluhan Juta Rupiah

Tanaman porang yang menjadi salah satu pertanian unggulan nasional, seperti yang dikatakan Presiden Jokowi.

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Karsiani Putri
I Wayan Eri Gunarta
Petani porang, Gusti Ngurah Kapidada saat menanam porang di lahannya di Tegalan Pinda, Desa Saba, Blahbatuh, Gianyar, Rabu 25 Agustus 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Tanaman porang yang menjadi salah satu pertanian unggulan nasional, seperti yang dikatakan Presiden Jokowi.

Kini telah mulai dibudidayakan di Kabupaten Gianyar, Bali.

Satu di antaranya di tegalan Banjar Pinda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh.

Luas tanam porang disini mencapai 31 are.

Uniknya, tanaman tersebut memanfaatkan lahan tidak produktif atau tanah dengan kontur tebing. 

"Dulunya ini lahan tidak produktif, hanya bisa ditumbuhi ilalang. Tapi kini saya manfaatkan untuk menanam porang, luasnya sekitar 31 are," ujar pemilik lahan tersebut, Gusti Ngurah Kapidada, Rabu 25 Agustus 2021. 

Pria yang juga menjabat anggota DPRD Gianyar dari Partai Gerindra tersebut mengatakan, pihaknya memilih membudidayakan porang dikarenakan memiliki prospek ekonomi jangka panjang yang bagus, selain itu pemeliharaannya juga relatif simpel. 

"Awalnya nanam kelapa genjah, begitu sharing sama teman dan lihat lokasi, ternyata cocok untuk nanam porang.  Karakter porang itu musiman. Biasanya dari awal Agustus sampai akhir Februari atau saat musim hujan, ia akan tumbuh dengan bagus, dan menghasilkan," ujarnya. 

BACA JUGA: Kisah Sri Rintis 'Kripik Biru' yang Populer di Bali, Khas Berbahan Kepala dan Leher Ayam

Terkait prospek kedepan, Kapidada mengatakan sangat bagus.

Dimana porang ini dapat menghasilkan tiga hal yang bernilai ekonomi.

Yakni, spora, umbi dan buah atau disebut katak.

Dimana untuk nilai jual kataknya saja untuk satu kilogram atau berisi 250 butir katak, untuk harga saat ini berkisar Rp250 ribu.

Dan, di sini pihaknya menanam 13 ribu butir katak.

Dimana untuk satu katak itu, nantinya bisa menghasilkan lima butir katak dalam delapan bulan.

Kata dia, porang merupakan bahan pokok untuk pengganti beras, bahan pokok untuk mie, obat kecantikan dan juga untuk pelekat pesawat.

BACA JUGA: Meski Pandemi, Pembeli Siberian Husky Tetap Ramai, Bisa Hasilkan Omzet Rp25 Juta Per Bulan

"Prospek kedepan bagus, apalagi sudah ada wacana dari Presiden bahwa porang dan sarang walet adalah produk unggulan nasional. Komoditi porang sangat menjanjikan. Karena tak memerlukan banyak air, perawatan organik, perawatan gampang. Apalagi pabrik pengolahannya sudah ada di Madiun dan di beberapa tempat di Bali sudah tersedia," ujarnya. 

Dengan melihat prospek porang yang baik di bidang ekonomi, serta dapat mengalih fungsikan lahan non produktif sebagai kebun beromset puluhan juta.

Pihaknya meminta Dinas Pertanian Gianyar agar mulai menggencarkan sosialisasi tanaman porang.

"Dinas Pertanian harus menggencarkan sosialisasi budidaya porang, dan harus ada subsidi atau bantuan untuk pembudidayaannya. Sebab untuk memulai budidaya tanaman ini, membutuhkan biaya besar. Tapi biaya besar itu hanya saat memulai saja, setelah itu hanya menikmati hasil," tandasnya.

Kadis Pertanian, Made Raka mengatakan, saat ini budidaya porang telah mulai digeluti oleh sejumlah petani di Kabupaten Gianyar.

Karena itu, pihaknya pun sudah melakukan beberapa hal.

Mulai dari sosialisasi hingga mendampingi petani ketika ada program untuk petani porang.

Namun untuk subsidi, hingga saat ini masih berproses.

"Sejak awal tahun ini, banyak saya dengar porang, porang. Setelah mengetahui sejumlah petani Gianyar mulai menggeluti pertanian porang, kami pun ikut hadir. Melakukan pendampingan ketika ada program porang dadi kementerian untuk subsidi porang, saat ini masih berproses," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved