Berita Denpasar
Kisah Sri Rintis 'Kripik Biru' yang Populer di Bali, Khas Berbahan Kepala dan Leher Ayam
Bagi sebagian warga Kota Denpasar dan sekitarnya, keripik ‘Kripik Biru’ sepertinya bukan kudapan yang asing.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Bagi sebagian warga Kota Denpasar dan sekitarnya, keripik ‘Kripik Biru’ sepertinya bukan kudapan yang asing.
Kripik dengan harga Rp1.000 per bungkus kecil ini memang menjadi panganan yang populer.
Ternyata ada kisah unik di balik produksi kripik biru yang ternyata berbahan dasar kepala dan leher ayam.
Kisah tersebut bermula ketika Ni Luh Sri Wahyuningsih, seorang ibu rumah tangga, baru saja memiliki buah hati.
BACA JUGA: 3.700-an OTG GR di Denpasar Masih Jalani Isolasi Mandiri, Kini Tambah Dua Tempat Isolasi
Terhimpit kebutuhan dari kanan kiri membuat Sri memutar otak untuk membantu perekonomian keluarganya.
Pada saat itu tahun 1997, Ia mencoba-coba peruntungan dari membuat keripik.
Ia memilih bahan baku keripik dari kepala dan leher ayam karena harganya yang cukup terjangkau.
Ide itu tentu tidak tercetus begitu saja.
Selain karena keripik dapat dinikmati oleh semua kalangan dan masa kadaluarsanya cukup lama, Sri memiliki cerita lain di balik munculnya ide menjual keripik ayam tersebut.
BACA JUGA: Kasus Positif Covid-19 di Kota Denpasar Masih Tinggi, Kasus Sembuh Sebanyak 870 Orang
“Awalnya ada saudara yang motong ayam, dan tetelannya seperti kepala dan leher ayam dibuang. Dari sanalah saya berpikir sangat sayang sekali jika kepala dan leher ayam dibuang begitu saja. Lalu saya mencoba membuat keripik ayam berbahan baku kepala dan leher ayam,” kata Sri, mengenang kejadian puluhan tahun lalu itu.
Pada saat itu, tepatnya pada tahun 1997, wanita asal Kabupaten Karangasem itu mulai mencoba membuat keripik ayam kreasinya sendiri.
Kala itu Sri tidak hanya memproduksi, tetapi juga menjajakan langsung keripiknya dengan mendatangi satu per satu warung di wilayah tempat tinggalnya.
Sri yang dikaruniai empat orang anak perempuan itu mengaku memulai usahanya dengan sangat tidak mudah.