Berita Karangasem
Cerita Gusti Alit Kembangkan Jeruk Madu di Banjar Palak Karangasem, Berawal dari Kunjungan ke Malang
Gusti Ngurah Alit mengembangkan budidaya jeruk madu sejak 7 tahun lalu, sekitar tahun 2014, setelah melakukan kunjungan ke Kabupaten Malang,
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Gusti Ngurah Alit, petani asal Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem mengembangkan budidaya jeruk madu di tempat tinggalnya, Banjar Palak.
Budidaya jeruk madu digeluti sejak lima tahun lantaran tinggi peminat. Mengingat rasa buah jeruk yang manis.
Gusti Ngurah Alit mengembangkan budidaya jeruk madu sejak 7 tahun lalu, sekitar tahun 2014, setelah melakukan kunjungan ke Kabupaten Malang, Jawa Timur bersama kelompok petani di Desa Kintamani.
Tujuan study banding untuk mempelajari serta memahami penanaman atau budidaya jeruk madu.
Baca juga: Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Masker Scuba di Karangasem, IGA Mas Sumatri Diperiksa Kejari
"Tujuh tahun lalu ke Malang untuk belajar budidaya jeruk madu. Dari Malang banyak ilmu yang saya dapat. Terutama terkait budidaya jeruk madu dan cara mengembangkannya. Buah jeruknya manis dibandingkan jeruk yang lain. Bermula dari sini saya mengembangkan," kata Alit, Kamis 2 September 2021.
Tak berpikir panjang, Gusti Alit langsung meminta batang pohon jeruk madu itu untuk dikembangbiakkan di Banjar Palak.
Sebelum ditanam di Besakih, kelompok petani menanam di Kintamani terlebih dulu. Kelompok tani mengembangkannya hingga panen. Setelah itu dibawa ke Banjar Dinas Palak.
"Kebetulan kondisi demografi di Kintamani serta Besakih hampir sama dengan Daerah Malang. Wilayahnya pegunungan dan dingin. Palak ini berada sekitar ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut (MDPL)," ungkap I Gusti Ngurah Alit.
Kelompok petani di Kintamani berhasil mengembangkan jeruk madu di lahannya.Buah terasa manis dibanding buah jeruk lainnya.
Mendengar informasi tersebut, Gusti Alit langsung ambil bibit ke Kintamani untuk dikembangbiakkan di Banjar Palak. Proses budidaya dengan cara mata tempel.
Beberapa bulan kemudian, jeruk madu tumbuh dan berkembangbiak di Besakih. Hasilnya hampir sama. Rasanya manis.
Setelah itu, Gusti Alit kembangkan jeruk madu lebih banyak di lahannya.
Lahan yang digunakan untuk tanam jeruk madu sekitar 35 are. Mampu menampung sekitar 60 batang jeruk.
"Lahan yang digunakan sekitar 35 are, cukup untuk nampung 60 pohon dengan jarak tanam sekitar 2.5 meter. Hasil panennya lumayan banyak. Per panen mampu menghasilkan puluhan kilogram. Satu tahun dua kali panen. Puncak panennya yakni tiap Agustus," tambah Alit, sapaan akrabnya.
Baca juga: Kemarau Panjang, Bali Terancam Kekeringan, Buleleng dan Karangasem Masuk Wilayah Siaga
Ditambahkan, sekali panen bisa menghasilkan ratusan kilogram. Harganya kisaran Rp 20 ribu - 30 ribu per kilonya.
Untuk pemasarannya tidak begitu sulit. Mengingat permintaan jeruk alami peningkatan.
"Biasanya hotel dan restaurant yang mengambil sebelum pandemi. Saat ini di jual ke pasar,"akuinya.(*)
Artikel lainnya di Berita Karangasem