Corona di Bali

Petugas Pengubur Jenazah Covid-19 di Gianyar Buka Suara, Sepeser pun Kami Tak Dapat

Pernyataan Bupati Gianyar, Made Mahayastra terkait penanganan Covid-19 di Gianyar, Bali, memicu reaksi dari pekerja lapangan.

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Ilustrasi - Petugas Pengubur Jenazah Covid-19 di Gianyar Buka Suara, Sepeser pun Kami Tak Dapat 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pernyataan Bupati Gianyar, Made Mahayastra terkait penanganan Covid-19 di Gianyar, Bali, memicu reaksi dari pekerja lapangan.

Setelah tenaga kesehatan (nakes), kini giliran petugas pengubur jenazah Covid-19.

Petugas penguburan jenazah Covid-19 membantah pernyataan Bupati Gianyar yang menyebut mereka mendapat bayaran Rp 150 ribu per jenazah Covid-19 yang meninggal di rumah sakit pemerintah Gianyar.

Terkait pernyataan bupati, nyaris semua pihak yang terlibat dalam penguburan jenazah terkonfirmasi Covid-19 membantah hal tersebut.

Baca juga: Dokter Peringatkan Sistem Kesehatan Bisa Kolaps Saat Australia Mulai Hidup Bersama Covid-19

Mereka mengatakan, jangankan uang, segelas airpun tak dapat.

"Saya sudah sejak lama terlibat dalam penguburan jenazah Covid-19, sepeserpun tidak pernah menerima apa yang dikatakan Pak Bupati. Jangankan Rp 150 ribu, segelas air pun tidak ada," ujar seorang petugas, Kamis 2 September 2021.

Beberapa waktu lalu, Made Mahayastra usai sidang di DPRD Gianyar mengatakan petugas penguburan jenazah Covid-19 di rumah sakit Pemkab Gianyar mendapatkan bayaran Rp 150 ribu per jenazah.

Mereka adalah petugas di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar dan petugas Palang Merah Indonesia (PMI).

Petugas mengeaskan, kalau memang ada bayaran Rp 150 ribu, diharapkan agar diberikan langsung kepada mereka.

Di tengah kondisi seperti ini, bagi mereka uang sekecil apapun akan sangat berarti.

Namun jika dana tersebut tidak ada, mereka berharap tidak ada penyataan yang membuat petugas di lapangan mendapat cibiran.

Penyataan tersebut, justru akan berdampak buruk untuk citra petugas di lapangan.

Selama ini petugas penguburan jenazah Covid-19 sudah distigma.

Mereka dianggap orang-orang yang mendapat untung di balik pandemi.

"Masyarakat bilang kami dapat bayaran, dari Pak Bupati juga bilang begitu. Sementara kenyataannya, kami tidak pernah menerima apa-apa," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved