Serba Serbi

Tumpek Landep, Pemujaan Kepada Sang Hyang Pasupati

Saat Tumpek Landep, kita akan melihat orang-orang ramai datang ke tempat cuci motor atau mobil untuk mencuci kendaraan mereka.

Tribun Bali/Rizal Fanany
Pande Putu Yuga Wardiana melakukan persembahyangan Tumpek Landep di Pande Keris Urip Wesi Tapa Karya di Gang Pacar, Jalan Ratna, Denpasar, Sabtu 13 Februari 2021. Hari Raya Tumpek Landep yang biasa disebut sebagai otonan besi diperingati setiap enam bulan sekali tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Landep. Pada saat hari raya ini, segala bentuk peralatan yang terbuat dari besi seperti keris, tombak, pisau, hingga barang elektronik dan kendaraan bermotor juga turut diupacarai - Tumpek Landep, Pemujaan Kepada Sang Hyang Pasupati 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sabtu 11 September 2021, merupakan Hari Raya Tumpek Landep.

Tumpek Landep dirayakan pada Sabtu Kliwon wuku Landep.

Saat Tumpek Landep, kita akan melihat orang-orang ramai datang ke tempat cuci motor atau mobil untuk mencuci kendaraan mereka.

Hal ini karena akan diupacarai atau dibantenin.

Baca juga: Dirayakan Setiap Saniscara Kliwon Wuku Landep, Tumpek Landep Juga Untuk Memuliakan Teknologi 

Itulah kenyataan di masyarakat.

Padahal jika ditelisik maknanya lebih dalam.

Tumpek Landep menurut wakil ketua PHDI, Pinandita I Ketut Swastika, memiliki makna otonan atau upacara untuk sarwa (benda) lancip seperti keris, tombak, dan juga peralatan perang lainnya.

Bukan itu saja, Tumpek Landep juga memiliki makna ngelandepang idep atau menajamkan pikiran.

Di Bali, semua siklus peralihan selalu mendapat peralihan khusus dari masyarakat.

Misalkan saat penghabisan siklus pawukon yaitu Watugunung bertemu dengan akhir siklus saptawara atau Saniscara (Sabtu) dimaknai dengan perayaan Saraswati.

Begitu pulalah dengan siklus akhir pancawara yaitu Kliwon dengan siklus akhir saptawara yaitu Saniscara (Sabtu).

Pertemuan siklus akhir pancawara dan saptawara menjadilah tumpek.

Selanjutnya disesuikan dengan pawukon, seperti saat ini tepat dengan wuku Landep, sehingga disebutlah Tumpek Landep.

Secara tekstual, menurut Dosen Bahasa Bali Unud, Putu Eka Guna Yasa, sebagaimana yang termuat pada Lontar Sundarigama, saat Tumpek Landep ini kita memuja Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati nunas (meminta) kasidian atau kekuatan atas senjata-senjata perang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved