Kesehatan
Cuci Darah Akibat Penyakit Ginjal, Berikut Pengertian, Proses, dan Efek Samping
Cuci darah dibutuhkan saat ginjal sudah tidak bisa menjalankan fungsinya secara optimal.
TRIBUN-BALI.COM - Hemodialisis atau cuci darah adalah perawatan medis yang diberikan untuk menggantikan fungsi ginjal saat organ vital tersebut bermasalah.
Seperti diketahui, ginjal adalah dua organ berbentuk kacang yang terletak di bawah tulang rusuk, tepatnya di sisi kanan dan kiri tulang belakang.
Fungsi ginjal yang utama adalah membuang limbah dan kelebihan cairan dari tubuh. Selain itu, ginjal juga mengontrol tekanan darah, menjaga tulang agar tetap kuat, memastikan kecukupan mineral, sampai memproduksi hormon untuk membuat sel darah merah.
Cuci darah dibutuhkan saat ginjal sudah tidak bisa menjalankan fungsinya secara optimal.
Baca juga: 13 Gejala Penyakit Ginjal yang Harus Diwaspadai, Jangan Diabaikan Sebelum Terlambat
Apa itu cuci darah?
Pengertian cuci darah secara garis besar adalah perawatan untuk menggantikan fungsi ginjal dengan menggunakan ginjal buatan.
Melansir laman resmi National Kidney Foundation, mesin ginjal buatan (hemodializer) membuang limbah, bahan kimia, dan kelebihan cairan tubuh.
Cuci darah dapat menjaga keseimbangan tubuh dengan cara: Menyaring limbah, garam, dan kelebihan air untuk mencegah zat tersebut menumpuk di dalam tubuh Menjaga tubuh dari penumpukan bahan kimia tertentu dalam darah seperti kalium, natrium, dan bikarbonat Mengontrol tekanan darah
Cuci darah dapat dilakukan di rumah sakit atau penyedia jasa dialisis. Dilansir dari WebMD, cuci darah jamak diberikan kepada penderita dengan tanda penyakit ginjal sudah mencapai fase gagal ginjal.
Baca juga: STOP Konsumsi Minuman Soda Berlebihan, Bisa Sebabkan Penyakit Ginjal
Gejala gagal ginjal di antaranya mual, kelelahan akut, badan bengkak, dan muntah. Kapan seorang penderita mulai dicuci darahnya tergantung pada usia, tingkat energi, kondisi kesehatan secara keseluruhan, sampai hasil tes lab.
Cuci darah bisa permanen atau sementara, tergantung kondisi ginjal dan kesehatan penderitanya. Apabila kondisi penyakit ginjal membaik setelah pengobatan, cuci darah tidak perlu dilanjutkan.
Namun, jika kondisi gagal ginjal kronis atau memasuki stadium akhir, penderita biasanya memerlukan cuci darah seumur hidup.
Bagaimana proses cuci darah?
Proses cuci darah secara garis besar dilakukan dengan darah seseorang dimasukkan ke mesin ginjal buatan, dibersihkan, lalu dikembalikan ke dalam tubuh.
Untuk memasukkan darah ke dalam ginjal buatan, dokter perlu membuat akses (pintu masuk) ke dalam pembuluh darah.
Baca juga: 10 Jenis Makanan Ini Pantang bagi Anda Penderita Penyakit Ginjal dan Diabetes
Pembuatan akses ini memerlukan operasi kecil pada lengan atau kaki penderitanya. Terkadang, akses dibuat dengan menghubungkan arteri ke vena di bawah kulit.
Tujuannya untuk membuat pembuluh darah dengan ukuran lebih besar yang disebut fistula. Namun, jika pembuluh darah tidak cukup untuk fistula, dokter akan menggunakan tabung plastik lembut untuk menghubungkan arteri dan vena di bawah kulit Anda.
Prosedur ini disebut cangkok. Ada juga pembuatan akses darah menggunakan slang plastik, yang disebut kateter.
Kateter dimasukkan ke dalam pembuluh darah besar di leher penderitanya. Selama cuci darah, penderita akan disarankan duduk atau berbaring dalam posisi nyaman.
Tenaga medis lalu memasang jarum ke akses keluar masuk darah. Pompa di mesin cuci darah lalu mengeluarkan darah dari tubuh, lalu menyaring limbah sampai kelebihan cairan dari tubuh.
Oleh mesin, darah yang sudah bersih lalu dimasukkan kembali ke tubuh lewat akses utama.
Baca juga: Inilah Tanda-Tanda Ginjal Anda Mulai Mengalami Kerusakan, Waspadalah!
Lamanya proses cuci darah bisa berbeda-beda, tergantung kondisi kesehatan masing-masing penderita penyakit ginjal. Ada yang berlangsung tiga sampai lima jam.
Intensitasnya juga berlainan, ada yang sampai tiga kali seminggu. Selama proses cuci darah, biasanya penderita bisa membaca sampai menonton televisi.
Efek samping cuci darah
Kendati bermanfaat bagi penderita gagal ginjal dan penyakit ginjal kronis lainnya, cuci darah juga ada efek sampingnya.
Melansir Healthline, beberapa efek samping cuci darah yang kadang dirasakan penderitanya yakni:
- Tekanan darah rendah
- Anemia
- Kram otot
- Susah tidur
- Gatal
- Kadar kalium tinggi
- Radang selaput di sekitar jaringan jantung
- Infeksi aliran darah
- Detak jantung tidak teratur
Jika pasien cuci darah mengalami beberapa gejala di atas, beri tahu dokter yang menangani.
Selain itu, sejumlah pasien juga mengalami efek cuci darah jangka panjang, yakni amiloidosis.
Penyakit ini dapat terjadi ketika protein amiloid yang diproduksi di sumsum tulang menumpuk di organ seperti ginjal, hati, dan jantung.
Kondisi ini dapat membuat pasien cuci darah mengalami nyeri sendi, badan kaku, dan bengkak.
Beberapa pasien cuci darah kemungkinan juga mengalami depresi setelah menerima diagnosis gagal ginjal jangka panjang.
(Kompas.com/Mahardini Nur Afifah)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cuci Darah: Pengertian, Proses, Efek Samping"