Human Interest Story
Kisah Sukses Wayan Raka, Banting Setir dari Pekerja Pariwisata Menjadi Petani di Jembrana Bali
Wayan Raka menuturkan, bahwa awalnya ia bekerja di industri pariwisata, kemudian hancur pariwisata ketika bom Bali pertama
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Wayan Raka, 52 tahun, warga lingkungan Sawe Rangsasa, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Jembrana, Bali, menorehkan kisah sukses di bidang pertanian.
Sempat terpuruk karena bekerja dalam industri pariwisata akibat peristiwa Bom Bali I, Raka kemudian beralih ke bidang pertanian hingga sukses memiliki lahan 3 hektare yang ditanami cengkeh.
Wayan Raka menuturkan, bahwa awalnya ia bekerja di industri pariwisata, kemudian hancur pariwisata ketika bom Bali pertama.
Sekitar Tahun 2003, kemudian, ia beralih menjadi seorang petani. Tujuannya adalah tidak ingin bertumpu pada satu pekerjaan saja.
Baca juga: Pemkab Jembrana Buka Peluang Bagi Investor untuk Kelola Sampah di TPA Peh
Ia pun merawat kebun cengkehnya sendiri dengan kepemilikan tanah 60 are. Walau saat itu harga cengkeh berkisar harga Rp 13 ribu per kilo untuk yang kering.
“Awalnya saya jual di sekitar rumah atau lokalan. Bahkan, awal saya harus menanggung utang di bank swasta,” ucapnya Minggu 26 September 2021.
Dijelaskannya, bahwa saat itu masa panen cengkeh hanya 1 tahun sekali.
Harga cengkeh sempat dijual sangatlah murah. Pada jumlah 600 kilogram, ketika dijual total hanya bernilai Rp 7 juta.
Akhirnya, sedikit demi sedikit, dirinya membangun dan dapat membeli tanah pada 2016 seluas 3 hektare. Dan termasuk juga tanah dan rumah yang ditempati sekarang.
“Walaupun mempunyai utang di bank swasta tapi kalau sudah tekad untuk sukses dan terus berusaha pasti bisa,” ungkapnya.
Raka menjelaskan, bahwa selain sebagai petani penggarap, dirinya juga sebagai petani membeli hasil petani dari kebun lainnya. Seperti cengkeh, cokelat, pisang dan bunga gumitir.
Dirinya pun, mengadakan atau membuat bahan pakan ternak terutama babi.
"Anak saya pertama tamat kuliah kini lebih diajarkan mandiri dengan mendirikan mini market kebutuhan sembako dan kebutuhan rumah tangga, membuat peluang usaha mandiri sehingga tak hanya bergelut di satu sektor saja," bebernya.
Ia menambahkan bahwa yang terpenting ialah dalam berusaha jangan malu. Apalagi menjadi seorang petani.
Baca juga: Tembok Penyengker Rumah Ambrol, Banjir Surut, Longsor Terjadi di Jembrana
Akan tetapi malulah bila kita sebagai petani tanpa bergerak di semua bidang di pertanian. Menanam, merawat, bahkan bisa menjual dan mengumpulkan hasil para petani.
“Justru peluang kesuksesan seorang petani bisa bermanfaat bagi petani lain,” imbuhnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Jembrana