KISAH Sisca Terpisah dari 7 Anak Selama 38 Tahun Usai G30S/PKI, Kami Bangga dengan Ibu, Dia Pejuang
"Setiap kali ada persekutuan doa, yang selalu saya doakan adalah ibu saya."
Mereka saat itu tak tahu dibawa ke mana ayahnya -belasan tahun kemudian barulah diketahui ayahnya dibui di penjara Salemba, Jakarta, tanpa diadili karena dikaitkan pilihan politik ibu anak-anak itu.
Sang ibu, Francisca Fanggidaej adalah anggota DPR Gotong Royong yang ditunjuk Presiden Soekarno dari wakil golongan wartawan sejak 1957 -dia jurnalis Kantor Berita Antara dan memimpin INPS (Indonesian National Press Service).
Sebelumnya, pada periode Revolusi Kemerdekaan, dia terlibat aktif memperjuangkan kemerdekaan dalam diplomasi di pelbagai forum internasional.
Ketika gonjang-ganjing G30S meletus, dan saat suaminya ditangkap di hadapan anak-anaknya yang ketakutan, dia sedang bertugas di luar negeri.
Belakangan Francisca tidak bisa pulang ke Indonesia setelah paspornya dicabut oleh rezim Soeharto, karena dikaitkan dengan peristiwa G30S.
Dia terpisah dengan suami dan anak-anaknya dan harus menunggu lebih dari 35 tahun untuk berkumpul kembali.
"Saya selalu berdoa, kapan saya bisa bertemu ibu"
Seperti penangkapan ayahnya yang menimbulkan pertanyaan tak terjawab oleh anak-anaknya, keberadaan sang ibu yang tanpa kabar sama-sekali, membuat anak-anaknya menderita selama bertahun-tahun.
"Setiap kali ada persekutuan doa, yang selalu saya doakan adalah ibu saya," ungkap Santi yang mulai aktif di gereja ketika beranjak remaja.
"Karena terus terang, saya sedih kalau mengingat ini," suara Santi bergetar, lalu seperti menahan tangis.
"Saya selalu berdoa, kapan saya bisa bertemu ibu saya dan keadaannya seperti apa."
"Dan sedihnya saya melihat kok bapak saya seperti ini (dipenjara tanpa diadili) ya," ujarnya.
Ayahnya dipenjara selama 12 tahun dan baru menghirup udara bebas pada 1978.
Anak bungsu, Mayanti Trikarini -kelahiran 1962- sulit melupakan momen-momen ketika dia mulai memahami bahwa ibu kandungnya tidak diketahui keberadaannya.
"Waktu itu beritanya, masih simpang siur. Ada yang mengatakan (ibu) meninggal, atau apalah."