KISAH Sisca Terpisah dari 7 Anak Selama 38 Tahun Usai G30S/PKI, Kami Bangga dengan Ibu, Dia Pejuang
"Setiap kali ada persekutuan doa, yang selalu saya doakan adalah ibu saya."
"Jadi kita juga bertanya, 'Mama mana'? 'Kayaknya meninggal'. Berpikir negatif semua, karena tidak ada berita sama-sekali. Tidak ada kabar mengenai mama," ungkap Maya saat ditemui BBC News Indonesia di kediamannya, awal pekan kedua September.
Usai ayahnya diciduk tentara di pagi bulan Oktober 1965 itu, tujuh anak itu kemudian diselamatkan oleh keluarga dekat ibunya, tapi stigma terkait ayah dan ibunya tidak otomatis sirna.
Adapun rumah yang dibangun dari tabungan gaji Francisca sebagai anggota DPR itu disita dan isinya dijarah. Tujuh anak itu berhasil diselamatkan hanya dengan pakaian yang menempel di badan.
"Sangat membekas sekali, saya diteriaki 'anaknya PKI'"
Dalam atmosfer propaganda Orde Baru, tujuh bocah itu -dititipkan kepada beberapa keluarga dekat ibunya- tumbuh besar dalam stigma terkait latar belakang politik ibunya.
Salah seorang anaknya, Nusa Eka Indriya, berusia sembilan tahun saat mereka diusir dari rumahnya tidak lama setelah G30S 1965, berulang-ulang menerima stigma dari sebagian masyarakat.
"Setiap saya cerita masa lalu itu, aduh, saya berharap jangan ada lagi peristiwa itu. Biar kita saja," ungkap Nusa saat dihubungi BBC News Indonesia, pertengahan September lalu.
"Karena itu membekas sekali. Bayangkan, saat kita bermain, (diteriaki) 'PKI, PKI'," kata pria kelahiran 1956 dan ayah enam anak ini.
Kejadian lainnya yang disebutnya begitu membekas adalah ada foto-foto ibunya dalam ukuran besar yang ditempel di dinding sebuah rumah.
Dia selalu melewatinya setiap berangkat dan pulang sekolah.
"Ada kata-kata 'tangkap hidup atau mati Francisca' dengan foto ibu saya. Itu tekanan yang bukan main buat saya pada waktu itu," katanya lirih.
Keberadaan foto dan tulisan itu, rupanya, juga membuat Santi sangat terpukul.
Ketika itu dia siswa sebuah sekolah dasar yang letaknya tidak jauh dari dinding rumah tersebut.
"Pada waktu itu, saya mulai (bertanya-tanya), 'ada apa ya (terhadap ibu saya). Itu sangat membekas," ungkap Santi.
Maya, sang anak bungsu, kala itu tak luput dari stigma dari sebagian masyarakat.