Berita Jembrana
Bertahan di Tengah Pandemi, Ekspor Cokelat Jembrana ke Belanda Capai Ratusan Kilogram per Bulan
Owner Cho JaenSan, I Putu Mawa mengatakan, bahwa di tengah pandemi saat ini memang permintaan cokelat tidak terlalu banyak.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana
Proses pembuatan Cokelat dan Hasil Cokelat yang ditunjukkan Owner Cho Jaensan Cokelat Jembrana, I Putu Mawa, Kamis 30 September 2021.
Mawa mengaku, bahwa merubah pola pikir atau mindset petani Jembrana cukup susah. Terutama petani yang mau sedikit bersusah payah, buah kakao diolah hingga fermentasi.
Padahal, buah kakao dari petani yang mau difermentasi memiliki nilai dan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dijual kering saja.
Namun, petani memang membutuhkan uang cepat, karena menunggu dari masa tanam hingga petik yang cukup lama.
“Itu tantangan kami untuk pembinaan. Karena kalau cuma kering. Harga bisa dipermainkan tengkulak.
Kalau fermentasi memang membutuhkan waktu sekitar 10 hari. Tapi harga pasti lebih tinggi.
Ya inilah yang sedang kami kerjakan untuk membina para petani,” bebernya. (*)
Artikel lainnya di Berita Jembrana
Tags
ekspor cokelat
sektor pariwisata
kakao
sektor perkebunan
fermentasi
Tribun Bali
Berita Jembrana hari ini
Rekomendasi untuk Anda