Berita Bali

Penertiban Tak Selesaikan Masalah, KPPAD Bali Soroti Pengamen Anak Pakaian Adat

KPPAD Bali menyoroti Satpol PP yang menggelar penertiban pengamen anak-anak berpakaian adat

TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Tiga pengamen maudeng dijemput keluarganya di Dinas Sosial Denpasar - Penertiban Tak Selesaikan Masalah, KPPAD Bali Soroti Pengamen Anak Pakaian Adat 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) menyoroti Satpol PP yang menggelar penertiban pengamen anak-anak berpakaian adat yang bernyanyi di sekitaran traffic light Kota Denpasar, Bali.

Komisioner Bidang Pendidikan KPPAD Provinsi Bali, I Made Ariasa mengatakan perlu ada pendalaman latar belakang atau faktor yang membuat anak-anak tersebut mau menjalani kehidupan seperti itu.

Umumnya pasti karena faktor kebutuhan ekonomi semata.

"Saya sudah pernah beberapa kali melakukan pengamatan dan survei langsung dengan wawancara dan bertemu langsung di lokasi tempat tinggal mereka bersama keluarganya masing-masing. Mereka tinggal di tempat kos yang cukup memprihatinkan tetapi mereka rata-rata memiliki kendaraan minimal sepeda motor dan fasilitas komunikasi," kata dia, Jumat 1 Oktober 2021.

Baca juga: Pengamen Maudeng Dijemput Keluarga, Dinsos Denpasar: Kebanyakan Masih di Bawah Umur

Ia mengatakan mereka tidak dipekerjakan atau dieksploitasi oleh orang tertentu tetapi mereka bekerja dan mencari penghidupan di jalanan atas keinginan sendiri dan diketahui secara sadar serta difasilitasi oleh orangtua masing-masing.

"Para orangtua beranggapan bahwa 'dari pada anak saya mencuri lebih baik saya biarkan mereka kerja berjualan dan membantu orangtua'. Ada sebagian dari Anak-anak tersebut melakukan kegiatan tersebut di luar jam pendidikan, tetapi sebagian besar mereka yang tidak sekolah dengan usia yang masih kecil umumnya mengikuti atau diajak oleh para orangtua khususnya ibunya," jelas dia.

Terlepas adanya unsur membangun kesan kemanusiaan atau rasa iba dari masyarakat, tetap perlu ada upaya menemukan solusi yang lebih konkret ke depannya agar bisa menjadi solusi jangka panjang.

Ia mengatakan, sudah ada beberapa penggiat sosial perlindungan anak yang berupaya mencoba memberikan bantuan.

Baik makanan dan bantuan pendidikan informal.

Namun belum juga bisa menuntaskan akar masalahnya.

Tindakan menciduk dan mengembalikan ke daerah asalnya belum menyelesaikan masalah secara tuntas.

Di daerah asal keluarga tersebut sudah dibuatkan berbagai wadah pelatihan ekonomi dan ketrampilan lainnya tetapi tidak berlangsung secara berkelanjutan.

Tak berselang lama mereka kembali ke kota-kota di daerah yang punya peluang mengais rezeki.

"Salah satu faktor utama masalah ini ada di tangan para orangtua tersebut. Kalau mental dan kesadaran para orangtua sangat rendah untuk memperbaiki kehidupan keluarga termasuk masa depan anak-anaknya," sebutnya.

Membangun kesadaran berkelanjutan tidak cukup dengan sosialisasi apa lagi hanya menghimbau tetapi perlu ada program yang bisa mewadahi sumber pendapatan ekonomi mereka.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved