Klungkung
Cemoohan yang Diterima Pawang Hujan Jro Pasek, Sang Pawang Yakini itu Bagian dari Rwa Bhineda
Jro Pasek ramai dibincangkan, setelah aksinya menjadi pawang hujan saat pelebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Harun Ar Rasyid
Ia seakan-akan menggunakan rokok yang ia sedot, untuk menggambar sesuatu di telapak tangannya. Lalu menunjuk langit, seakan-akan menggerakkan awan.
"Kadang saya menggambar cakra di telapak tangan, terkadang juga trisula. Itu tergantung pawisik."
"Meskipun menggambarnya dengan api dari rokok, tidak pernah sekalipun tangan saya mengalami luka bakar," ungkapnya.
Ia pun menyadari apa yang dilakukannya itu di luar nalar.
Terkadang dirinya pun kerap menerima cemooh dari orang yang memiliki pemikiran serta keyakinan berbeda dengannya.
Bahkan, ada yang menyangsikannya sebagai pawang hujan, dan dianggap hanya mengada-ada.
"Sering juga orang mengatai, jika saya hanya muncul saat terang atau terik. Hal-hal seperti ini saya tidak tanggapi. Prinsip saya rwa bhineda itu selalu ada dan berdampingan," jelasnya.
Rwa bhineda yang ia maksud, yakni selalu ada perbedaan dalam hidup.
Ada yang suka dan percaya dengan apa yang ia lakoni, sementara yang tidak suka tentu juga ada.
Perbedaan pendapat selalu ada, dan hal itu harus selalu diterima dengan keikhlasan.
" Bagi yang sering menggunakan jasa saya, tanggapan mereka selalu positif. Itulah mengapa saya harus selalu ikhlas menjalani ini (sebagai pawang hujan), walau tentu banyak juga yang pemikirannya tidak sama seperti saya," jelas Jro Pasek. (Eka Mita Suputra).