Berita Klungkung
Kisah Jro Pasek, dari Pegawai di Bandara hingga Jadi Pawang Hujan di Bali, Dapat Pawisik
Nama Made Sucipta atau yang dikenal dengan Jro Pasek ramai dibincangkan setelah aksinya menjadi pawang hujan
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Menurutnya, pawisik itu berupa bisikan, dan itu yang diyakni oleh Jro Pasek.
Sampai akhirnya ia menemukan takdirnya sebagai seorang pawang hujan.
Ia sempat menyangkal jika dikatakan sebagai tukang terang.
Menurutnya, dirinya lebih tepat jika disebut sebagai pawang hujan.
"Agar masyarakat mengetahui, tukang terang dan pawang hujan itu berbeda. Jika tukang terang, sebelum acara biasanya jauh-jauh hari sudah menyiapkan sarana dan ritual agar mencegah terjadinya hujan. Jika pawang hujan, saat terjadi hujan pun bisa turun untuk mengendalikan hujan itu agar reda. Itu yang saya yakini," jelasnya.
Walau mulai viral saat Palebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, menurutnya, yang paling berkesan justru ketika dia menjadi pawang hujan dalam palebon permaisuri tokoh Puri Agung Klungkung pada 2014.
Upacara itu menjadi salah satu palebon terbesar yang pernah ada, yang melibatkan ribuan warga.
Baca juga: Kisah Hidup Jro Pasek, Berhenti Jadi Pegawai di Bandara Hingga Memilih sebagai Pawang Hujan
"Setelah saat itu saya mulai dikenal. Banyak yang meminta jasa saya di acara yadnya, seperti pernikahan, Rsi Gna, hingga acara-acara pemerintahan. Khususnya yang banyak itu di acara TNI dan kepolisian," jelasnya.
Ciri khas Jro Pasek saat menjalankan aksinya yakni dengan menggambar telapak tangannya menggunakan media rokok yang menyala.
Ia seakan-akan menggunakan rokok yang ia sedot, untuk menggambar sesuatu di telapak tangannya.
Lalu menunjuk langit, seakan-akan menggerakan awan.
"Kadang saya menggambar cakra di telapak tangan, terkadang juga trisula. Itu tergantung pawisik. Meskipun menggambarnya dengan api dari rokok, tidak pernah sekalipun tangan saya mengalami luka bakar," ungkapnya.
Ia menyadari apa yang dilakukannya itu di luar nalar.
Terkadang dia pun kerap menerima cemooh dari orang yang memiliki pemikiran serta keyakinan berbeda dengannya.
Bahkan ada yang menyangsikannya sebagai pawang hujan, dan dianggap hanya mengada-ada.