Berita Gianyar

Topeng Arsa Wijaya Diminati Pasar Singapura hingga Amerika

Topeng kayu asal Bali diminati warga asing luar Indonesia, dari Singapura hingga Amerika

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
I Komang Mega
I Komang Mega memegang topeng Arsa Wijaya sebagai sosok seorang raja yang bijaksana.  

Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Topeng kayu biasanya identik dengan tarian Bali, dan sebagai wajah dari sesuhunan yang disucikan di Bali.

Namun siapa sangka, topeng juga sangat diminati warga asing luar Indonesia. 

Hal ini diutarakan oleh I Komang Mega, salah satu pengusaha topeng dari Mas, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.

Usahanya bernama I Wayan Muka Mask, adalah warisan dari sang ayah dan kakek.

Baca juga: PROFIL Made Muji Perajin Topeng Asal Puaya Sukawati, 30 Tahun Berkarya & Pengalaman Keliling Dunia

Usaha di bidang kerajinan kayu untuk pembuatan topeng tradisi maupun topeng modern. 

"Mask produk ini sudah dibuka sejak tahun 1963, dari 3 generasi. Mulai dari kakek dan ayah saya," ucapnya kepada Tribun Bali, Minggu 17 Oktober 2021.

Pasarnya pun tak hanya lokal, tetapi juga mancanegara. Bahkan termasuk mantan presiden Indonesia Megawati.

Lalu ada presiden Timor Leste yang juga telah memiliki koleksi topeng miliknya.

"Ayah saya I Wayan Muka telah almarhum tahun lalu, tepatnya bulan Desember 2020," sebutnya.

Sehingga saat ini ia yang mewarisi usaha pembuatan topeng ini. 

Bahan topeng yang digunakan berasal dari beberapa kayu pilihan. Diantaranya adalah kayu pule, yang khusus untuk topeng tradisi.

Seperti topeng wali keras, topeng tua, topeng dalem, topeng arsa wijaya, topeng kayu kamboja.

Lalu kayu waru, kayu jati untuk pembuatan topeng modern yang mengikuti arah bentuk kayu. 

Untuk membuat topeng modern dengan kualitas bagus, pihaknya mencari bahan kayu waru.

Baca juga: Sosok Seniman Asal Gianyar I Nyoman Selamet, Pengrajin Topeng Sekaligus Memiliki Hobi Melukis

Yang kemudian didiamkan selama setahun. Agar serat air di dalamnya keluar dan memunculkan warna yang bagus. 

"Biasanya waktu untuk proses pembuatan topeng modern menghabiskan waktu sekitar 1-2 bulan. Apalagi jika alur kayunya sulit," ujarnya.

Sedangkan untuk proses kayu pule, dari menebang sampai memahat dan selesai. 

Bisa menghabiskan waktu sampai satu bulan, tujuannya serat kayu dari pule agar keluar.

Dan nanti ketika dikirim ke luar negeri tidak rusak atau bahkan sampai mengeluarkan rayap. 

Lalu proses pengecatan hingga melapis sampai 75 lapis dilakukan agar hasilnya maksimal.

"Kalau prosesnya tidak bagus, biasanya topeng yang dicat berkali-kali akan menghasilkan karya yang tidak bagus dipandang," jelasnya.

Bahkan terkadang saat dikirim ke luar negeri bisa retak hasilnya. Topeng buatannya diekspor ke beberapa negara, termasuk ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.

"Kalau di Amerika, biasanya ditarikan untuk acara Halloween," sebutnya.

Orang asing memang banyak yang menyukai kebudayaan Bali, termasuk menyukai topeng bahkan hingga rangda. 

Baca juga: Kisah Mistis Topeng Celuluk di Puri Ubud, Pernah Dibawa ke Kanada dan Seolah-olah Hidup

Dimana warga asing melihatnya (topeng) saat pagelaran upacara atau kesenian di Bali.

Termasuk juga melihat tarian topeng bondres, yang ada tokoh rakyat dipakai untuk komedi.

Untuk topeng yang diperjualbelikan, pihaknya tidak melakukan ritual apapun. 

Sedangkan saat mengerjakan topeng yang digunakan untuk sesuhunan, seperti barong dan lain sebagainya.

Maka tentu dicarikan hari baik, seperti Kajeng Kliwon. Lalu, setiap proses pembuatannya selalu mencari hari baik.

Mulai dari ketika menebang kayu, memahat, mengecat, dan sampai finishing. Agar topengnya lebih memiliki taksu. 

"Kami mendapatkan kayu pule, kebanyakan di kuburan dan di pura-pura karena banyak kayu pule yang berumur puluhan tahun," katanya.

Sementara untuk kayu waru, didapatkan dari Karangasem dan Tabanan. 

"Nah biasanya kalau untuk membuat topeng sesuhunan, pasti ada upacara khusus yang dilakukan oleh pendeta (sulinggih)," jelasnya.

Sedangkan topeng modern yang diekspor tidak ada upacara khusus. Kayu pule, kata dia, biasanya didapatkan dari pengepul kayu.

Baca juga: Made Kara Belajar Topeng Secara Autodidak dan Dirikan Rumah Topeng untuk Belajar Gratis

Baik itu dari Perancis, Italia, Maroco, Jepang, China, Portugal, Australia, hingga Singapura.

Namun sayangnya, selama pandemi akibat Covid-19 banyak dari Amerika dan Jepang yang batal. 

Lanjutnya, banyak pelanggan topeng menyukai topeng barong dan rangda karena Bali identik dengan kesenian barong.

"Tapi kesukaan warga asing berbeda-beda juga, ada yang suka topeng modern selain topeng klasik," sebutnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved