Kesehatan

Emosian dan Sering Stess, Berikut Tanda-tanda Sindrom Patah Hati, Simak Penjelasannya

Tubuh menerima respon atas suatu kejadian dengan dengan rasa senang, marah, takut, dan sebagainya.

Editor: Priscilla Nivili
kompas.com
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM -  Tubuh menerima respon atas suatu kejadian dengan dengan rasa senang, marah, takut, dan sebagainya.

Respons Iitu biasanya disebut sebagai emosi.

Umumnya emosi bisa dikontrol.

Namun, apabila emosi atau stres sudah berlebihan, kita bisa terkena sindrom patah hati (Tokotsubo cardiomyopathy).

Beberapa pemicu sindrom patah hati antara lain kematian orang terdekat, diagnosis medis yang menakutkan, kehilangan pekerjaan, kejutan tiba-tiba, sampai konflik rumah tangga.

Sindrom yang kali pertama diperkenalkan sejumlah dokter di Jepang ini terjadi ketika otot jantung tiba-tiba melemah dan mengakibatkan jantung berubah bentuk.

Gejala

Mengutip kompas.com yang dilansir WebMD, terdapat beberapa gejala yang lazim menyambangi pengidap sindrom patah hati.

Salah satunya nyeri dada. Hal itu didasarkan hasil riset dengan melibatkan 30 pasien kanker di MD Anderson Cancer Center di Houston.

Baca juga: Kasus Terkonfirmasi Covid-19 Terus Menurun, Satgas Buleleng Tutup Tempat Isoter di Asrama Undiksha

Argumen diperkuat dengan laporan lain yang menyebut, seorang dokter menemukan pasien paru-paru kronis dan gangguan lambung akut juga mengalami nyeri dada. 

Hasil diagnosis mengungkapkan salah satu ruang pompa utama jantung pasien tersebut melemah.

Sehingga, pasien mengeluhkan rasa sakit di dada, disertai sesak napas. Kondisi tersebut sekilas menyerupai serangan jantung.

Namun para ahli setempat menyimpulkan mereka yang mengalami sindrom patah hati karena terdapat lonjakan hormon mirip adrenalin.

Lonjakan hormon tersebut membuat jantung tersengat sehingga gejalanya menyerupai serangan jantung.

Kehilangan

Sementara, Kepala Unit Kardiologi Klinis Spectrum Health Fred and Lena Meijer Heart Center di Michigan, Jeffrey Decker, menyebut sindrom patah hati tidak melulu disebabkan masalah kesehatan.

Ia menangani kasus pasien seorang perempuan yang mengalami sindrom patah hati setelah mengetahui putrinya kehilangan pekerjaan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved