Tips Kesehatan

Kurangi Stigma Terhadap ODHA, Penderita HIV/AIDS Tak Perlu Dijauhi

Gaya hidup yang salah dengan sering "jajan" masih menjadi isu yang banyak dibicarakan sebagai penyebab seseorang terinfeksi HIV.

Editor: Priscilla Nivili
Kompas.com
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM -  Masih ada orang yang beranggapan bahwa penyabab orang terjangkit HIV/AIDS pasti karena perilaku seksual negatif di masa lalu.

Gaya hidup yang salah dengan sering "jajan" masih menjadi isu yang banyak dibicarakan sebagai penyebab seseorang terinfeksi HIV.

Padahal anggapan itu keliru.

Dalam buku Sehat dan Sukses dengan HIV-AID (2015) karya Dr dr Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD KPTI FINASIM dan Stephanus Agung Sujatmojo, dijelaskan penularan HIV bukan saja melalui seks dengan banyak pasangan.

Tapi masyarakat terlanjur menganggap pasti ada yang salah dalam kehidupan masa lalu penderita HIV/AIDS.

Penularan virus yang menyerang imunitas ini padahal bisa diakibatkan dari sebab lain, misalnya melalui donor darah, tertular dari suami atau istrinya yang telah terinfeksi HIV, termasuk jarum suntik yang dipakai secara bergantian oleh pemakai narkoba.

Baca juga: Tak Hanya Karena Faktor Usia, Berikut 12 Penyebab Mata Katarak

Dokter Muchlis Achsan pada saat menulis buku menjabat sebagai Koordinator Kelompok Kerja Care Support Treatment (Pojkja CST) HIV/AIDS Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Tengah dan Anggota Kelompok Panel Ahli HIV/AIDS Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Di dalam buku, Muchlis dan kolega mengaku sempat melakukan survei.

Mereka menemukan ada seorang pemuka agama yang terinfeksi HIV akibat donor darah.

Namun, pemuka agama itu divonis masyarakat sebagai "orang yang salah" dalam hidupnya.

Alhasil, sang penyintas HIV ini memilih menutup diri dan tidak mendapatkan pendampingan yang maksimal.

"Oleh sebab itu, baik penderita HIV maupun keluarganya biasanya merahasiakan status HIV karena dikap masyarakat yang masih kurang tepat," tulis Muchlis dan Stephanus dalam buku tersebut.

Baca juga: Ketahui Bahaya Sinar Matahari untuk Kesehatan Kulit Wajah, dr. Ika Ungkap Perawatan & Pencegahannya

Pengidap HIV/AIDS harus dirangkul Muchlis berharap masyarakat lebih memahami persoalan HIV/AIDS.

Pasalnya, kurangnya pemahaman akan hal itu berpotensi memunculkan diskriminasi terhadap para penyintas virus berbahaya ini. 

Lebih parah, para penderita HIV ini tidak malah dirangkul untuk dimotivasi, tapi dijauhi.

Keputusan untuk menghindari penyintas HIV/AIDS adalah pilihan yang salah. Hal ini tak sesuai dengan semangat peringatah Hari AIDS Sedunia (HAS) tahun 2019.

Beberapa tahun lalu peringatan HAS mengangkat tema global “Communities Make the Difference”.

Dikutip dari laman Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI www.p2p.kemkes.go.id, tema itu diangkat untuk mengingatkan pentingnya peran komunitas, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam Penanggulangan AIDS, yaitu dalam pemberian layanan HIV, penegakkan hak asasi manusia (HAM), dan pendampingan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam pengobatan.

Sedangkan untuk tema nasional HAS, yakni “Bersama Masyarakat Meraih Sukses”.

Dengan tema ini, Kemenkes ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meraih sukses dalam mencapai three zeros pada tahun 2030.

Maksudnya, pada tahun itu ditarget tak ada lagi 3 hal ini: infeksi baru HIV, kematian yang disebabkan karena HIV/AIDS, dan diskriminasi terhadap ODHA di Indonesia.

Artikel Kesehatan Lainnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lawan Stigma, Pengidap HIV Bukan untuk Dijauhi"

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved