Berita Badung
Kisah Putu Gede Wijaya Budidaya Tanaman Platycerium, Dari Hobi Raup Jutaan Rupiah per Bulan
Setiap orang memiliki hobi yang berbeda-beda. Tidak jarang hobi yang dimiliki bisa menciptakan peluang bisnis.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG- Setiap orang memiliki hobi yang berbeda-beda.
Tidak jarang hobi yang dimiliki bisa menciptakan peluang bisnis.
Seperti halnya Putu Gede Wijaya kini mampu menghasilkan uang jutaan rupiah lantaran melakukan budi daya tanaman Platycerium atau yang dikenal dengan tanduk rusa.
Saat ditemui di rumahnya di Banjar Lambing Desa Mekar Buwana, Abiansemal Badung dia mengaku memiliki berbagai macam tanaman.
Bahkan dari 18 jenis tanaman platycerium yang ada, Wijaya kini sudah memiliki 16 jenis.
Adapun dua jenis platycerium yang belum dimiliki yakni andinum dan platycerium quadridichotomum.
"Rumah saya kan sempit, yang bisa ditanam hanya anggrek dan platycerium ini. Sehingga saya membeli jenis-jenis tanaman tersebut," katanya saat ditemui Tribun Bali, Senin (1/11).
Menurutnya, sebelum pandemi pihaknya sudah mengoleksi tanaman anggrek dan platycerium.
Namun lantaran platycerium memiliki nilai jual tinggi, dirinya pun memfokuskan diri untuk memperbanyak koleksi tanaman platycerium tersebut.
"Jadi setelah ada yang besar atau bisa dibilang indukan, itu anak-anaknya saya pisahkan dan bisa dijual. Bahkan sasaran pembelinya kini tidak hanya di Bali, namun sampai ke luar Bali," katanya.
Menurutnya, untuk merawat platycerium tidak membutuhkan biaya yang besar. Setelah didalami, jenisnya ada berbagai macam termasuk ukurannya.
"Total ada 18 jenis platycerium yang ada, termasuk dari luar Indonesia. Namun kini sebagian besar saya ekspor dan mengembangkan yang dari luar," ucapnya sembari mengatakan di Indonesia yang laku platycerium luar, begitu sebaliknya di luar yang laku platycerium asli Indonesia.
Disinggung mengenai harga, pihaknya pun mengaku bervariasi bergantung jenis dan ukuran tanaman.
Namun saat ini harga platycerium berkisar Rp 150 ribu sampai paling mahal Rp 12 juta atau Rp 15 juta.
"Saat ini Platycerium jenis elephant titis anakan harganya berkisar Rp 250 ribu yang paling banyak dicari. Hal itu karena jenis ini bisa menjadi besar sekali, namun membutuhkan waktu yang cukup lama," tegasnya sembari mengatakan platycerium jenis erawan yang paling mahal.
Disinggung mengenai omzet, Putu Gede Wijaya mengaku kini bisa meraup keuntungan jutaan rupiah dalam sebulan.
Kendati demikian dirinya memastikan harga tanaman platycerium harganya akan terus stabil, mengingat membutuhkan waktu yang lama untuk membesarkannya.
"Kita tidak bisa memberikan obat biar cepat besar. Kalau pun dikasih obat, paling tanamannya subur. Memang harus menunggu puluhan tahun untuk bisa menjadikan tanaman ini besar," ucapnya.
Sejauh ini dirinya mengaku, di Bali sudah mulai berkembang budidaya dan bisnis tanaman hias jenis platycerium.
Bahkan kolektor tanaman platycerium juga banyak, khususnya di wilayah Gianyar.
Tanaman paku yang tumbuh di Indonesia ternyata banyak diminati negara lain.
Salah satu tanaman paku yang cukup populer dan diminati sebagai salah satu tanaman hias yang indah adalah tanaman paku tanduk rusa atau bahasa latinnya platycerium.
Tanaman ini termasuk ke dalam salah satu tanaman yang tumbuh di daerah tropis, seperti Indonesia, Australia, Malaysia hingga Papua Nugini.
Kini tanaman paku tanduk rusa harganya pun melambung tinggi, bahkan menjadi peluang bisnis untuk yang menggelutinya.
Gede Wijaya sampai menjual tanaman platycerium ke Jepang dan Thailand.
Menurutnya tanaman platycerium sedang banyak diminati oleh masyarakat, bahkan kini harganya pun meningkat.
"Sebagian besar kalau di Bali size platycerium besar-besar. Bahkan sebelumnya Platycerium yang dari luar negeri banyak ditemukan di Ubud Gianyar," katanya.
Menurutnya, saat itu kemungkinan ada wisatawan yang membawa dari Afrika, sehingga tumbuh besar hingga banyak di wilayah tersebut.
Kini penggemar tanaman platycerium sampai belahan dunia.
Di Indonesia sendiri hampir semua daerah ada yang memiliki hobi budidaya tanaman tersebut.
"Kalau saya budidaya yang dari luar karena melihat bangsa pasar," ucapnya.
Pihaknya mengatakan ada ratusan tanaman yang sudah berhasil dijualnya, baik di Bali, Jawa, Jakarta, termasuk luar negeri yakni Jepang dan Thailand.
Menurutnya, tanaman ini memiliki keunikan sendiri dan mudah dibedakan dari tanaman paku lainnya karena memiliki dua buah tipe ental dengan fungsi dan bentuk yang berbeda.
Sesuai dengan namanya, ental tersebut bercabang-cabang dan memiliki bentuk layaknya sebuah tanduk rusa.
Baca juga: Stok Babi Jelang Hari Raya Galungan di Badung Mencukupi, Lebih 50 Persen dari Jumlah yang Dibutuhkan
Baca juga: Virus ASF Mereda, Populasi Babi di Badung Mulai Meningkat
Tanduk rusa biasanya akan memiliki akar lunak dalam jumlah banyak yang menempel dengan erat pada batang pohon lainnya.
Tanduk rusa yang dirawat dan digunakan sebagai tanaman hias memiliki bentuk sebuah koloni bercabang yang sangat indah.
Seperti tanaman paku lainnya, tanduk rusa berkembang biak dan tumbuh dengan menggunakan sistem penyebaran spora.
"Jadi ada yang memiliki anakan ada pula yang tumbuh dari spora. Dimana ada lembab dan subur, di sana bisa tumbuh," ucapnya.
Baca juga: Waspada Musim Hujan dan Ancaman Badai La Nina, Dinas PUPR Badung Rutin Normalisasi Sungai
Baca juga: Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Badung Masih Stabil, Harga Buah Diprediksi Meningkat Jelang Galungan
Saat ini di negara lain juga banyak yang mengoleksi tanaman platycerium, bahkan dirinya memprediksi harga tanaman tersebut akan terus mahal lantaran tumbuhnya lama.
Bahkan harganya pun bervariasi menurut jenis dan ukurannya.
Gede Wijaya mengaku bisa mendapat keuntungan jutaan rupiah dari menjual tanaman platycerium itu.
Baca juga: Ketahui 3 Manfaat Tidur Cukup di Malam Hari, Salah Satunya Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Baca juga: Waspada Musim Hujan dan Ancaman Badai La Nina, Dinas PUPR Badung Rutin Normalisasi Sungai
Saat ini dirumahnya juga sudah ada proses pembibitan yang dipecah dari induk tanaman itu sendiri.
"Jadi pembibitan sendiri. Nanti kalau sudah tumbuh baru dilepas. Namun ada juga Platycerium yang belum bisa saya lepas, karena merupakan indukan termasuk masih langka. Untuk yang langka ini karena tumbuhnya lama, dan peminatnya banyak," tegasnya.
(*)