Hari Pahlawan
Diperingati sebagai Hari Pahlawan, Ini 5 Tokoh dalam Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Para pahlawan yang gugur pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi teladan nasional yang mencerminkan semangat dan keberanian.
TRIBUN-BALI.COM - Bangsa Indonesia akan memperingati Hari Pahlawan pada Rabu (10/11/2021) besok.
Peringatan Hari Pahlawan merupakan bentuk penghormatan kepada pahlawan yang telah gugur membela Indonesia dari tangan penjajah.
Para pahlawan yang gugur pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi teladan nasional yang mencerminkan semangat dan keberanian.
Ribuan pahlawan dari kalangan rakyat dan tentara Indonesia gugur untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia dari ancaman Inggris.
Di balik peristiwa itu, ada tokoh-tokoh nasional dari Indonesia dan Inggris yang berperan penting dalam pertempuran 10 November.
Baca juga: 30 Kata Mutiara Ucapan Hari Pahlawan 10 November 2021, Cocok Untuk Status Whatsapp dan Sosial Media
Baca juga: Upacara Peringatan Hari Pahlawan di Bangli Dimajukan Dua Hari, Ini Penyebabnya
Selengkapnya, berikut ini daftar tokoh yang terlibat pertempuran Surabaya.
Tokoh-tokoh yang terlibat Pertempuran Surabaya
Sutomo (1920-1981)

Melansir perpusnas.go.id, Sutomo atau Bung Tomo lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya dan meninggal pada 7 Oktober 1981 di Makkah.
Bung Tomo adalah pahlawan yang terkenal sebagai pemimpi yang berhasil mengembalikan semangat rakyat untuk melawan pasukan Belanda yang tergabung dalam NICA.
Pertempuran tersebut dimulai pada 10 November 1945 di Surabaya.
Sutomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta.
Ia juga pernah menjabat sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, bahkan pernah menjadi pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda.
Sebelum pindah ke Surabaya, Sutomo pernah bekerja sebagai polisi di kota Praja dan menjadi anggota Sarekat Islam, dan menjadi distributor untuk perusahaan mesin jahit "Singer".
Baca juga: Kata-kata Ucapan Hari Pahlawan, Bisa Dipakai Untuk Status Facebook dan WA
Sutomo meninggalkan pendidikannya di MULO ketika ia berusia 12 tahun karena harus bekerja untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga.