Berita Denpasar

Filosofi Pemaridan Guru Serta Maknanya Dalam Hindu Usai Hari Suci Galungan

Setelah berakhirnya hari suci Galungan, masih ada hari suci lainnya yang menyertai.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Karsiani Putri
AA Seri Kusniarti
ILUSTRASI- Filosofi Pemaridan Guru Serta Maknanya Dalam Hindu Usai Hari Suci Galungan 

Sehingga suasana upacara menjadi suci, nirmala, dan hening.

Untuk tirta Gocara, atau tirta pabersihan merupakan sarana suci kelengkapan pemujaan pada Pemaridan Agung. 

Tirta diperciki ke wajah dan diraup ke wajah usai upacara agar suasana menjadi tentram dan harmonis.

Filosofi dari Pemaridan Guru ini adalah memuja kehadapan Bhatara Guru atau Ida Bhatara Siwa untuk memohon anugerahNya. 

Lungsuran banten banjotan, banten meraka, serta tirta Gocara ini adalah bermakna meminta anugerah beliau agar selamat dan direstui dalam segala hal untuk kebaikan.

Baca juga: Warga Haturkan Banten Pule Gembal di Pura Perjuangan, Sebagai Wujud Syukur Karena Telah Miliki SHM

Baca juga: DISKON! Promo JSM Indomaret 12-14 November 2021, Soft Drink Ukuran 1,5L Beli 2 Hanya Rp 22 Ribuan 

Tentu saja, tempat pemujaan Bhatara Guru adalah di sanggah, padharman, kawitan balai, sandung, karamat dan sebagainya.

Atau pula di pura paibon, pura ibu, pura kawitan dan sebagainya. 

Tentu saja disesuaikan dengan kondisi di setiap wilayah, serta desa, kala, patra.

Kata Pemaridan sendiri bisa diartikan panyurudan atau ngelungsur.

Tentunya melalui Bhatara Guru sebagai salah satu manifestasi Tuhan. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved