Serba Serbi

Angin Puting Beliung saat Pemacekan Agung, Berikut Tenung Jero Master Made Bayu Gendeng

Banyak yang bertanya-tanya, fenomena apa itu dan apa maknanya. Berikut penjelasan dan tenung dari Jero Master Made Bayu Gendeng

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
istimewa
Angin Puting Beliung atau ucur-ucur di Pantai Ponjok, Banjar Dinas Kaje Kangin, Desa/Kecamatan Kubutambahan viral di sosial media 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Adanya fenomena angin puting beliung, di wilayah Bali Utara (Buleleng) menjadi viral di media sosial.

Apalagi angin itu muncul di tengah-tengah upacara agama Hindu. Dan bertepatan dengan hari Pemacekan Agung (15/11/2021)

Banyak yang bertanya-tanya, fenomena apa itu dan apa maknanya. Berikut penjelasan dan tenung dari Jero Master Made Bayu Gendeng.

Kepada Tribun Bali, Selasa 16 November 2021, ia menjelaskan fenomena tersebut pada Soma Kliwon.

Baca juga: Jero Balian Bayu Jelaskan Metode Pengobatan Online

Dengan urip Soma adalah 4 dan Kliwon adalah 8. Dan jumlahnya adalah 12, maka memiliki makna tersendiri.

Apalagi kejadiannya selalu bertepatan dengan Pemacekan Agung. Hari diantara Galungan dan Kuningan.

"Uniknya, bentuk puting beliung tersebut seperti paku. Ini bisa disimbolkan sebagai penghubung daripada Akasa dan Baruna," jelasnya.

Lanjut penenung Bayu Gana ini, bisa juga sebagai penghubung Akasa dan Pertiwi atau Purusha dan Prakerti.

"Nah kalau kita lihat pada saat terjadi, yakni pada wuku Kuningan. Ini juga bisa kita lihat menjadi pertanda baik," katanya.

Maksudnya adalah simbol kemenangan, atau terbukanya banyak tabir-tabir kebobrokan, serta kejahatan di masa lalu.

 Jika dilihat dari tempat kejadiannya, memiliki angka 4 dengan simbol Dewa Wisnu dan di Bali Utara melambangkan Amerta.

"Hal itu bisa disimbolkan sebagai keselamatan hewan, usaha tanaman juga baik, namun usaha kayu menurun," sebutnya. Ada pula Eka Jala Rsi, yang artinya murah rezeki.

Dihitung dari unsur hari kejadiannya, kata dia, memiliki elemen unsur 4 atau kayu.

Itu bermakna, agar yang nampak kuat di luar tetap berhati-hati. Karena hatinya rapuh.

Baca juga: Kagumi Sosok Dewa Hanoman, Jero Balian Bayu Tiba-tiba Dapat Hadiah Gada 

Dari angka ini pula, ia melihat bahwa persoalan rumah tangga atau hubungan kekasih bisa saling meredam emosi.

"Sebab simbol ini memperlihatkan banyak terjadi perceraian, atau tipu muslihat masalah keuangan. Dan terbaca adanya pemimpin, atau mantan pemimpin yang akan terpuruk atau terlibat masalah yang cukup berat," tegasnya.

Serta pula memunculkan tokoh-tokoh yang akan menjadi pemimpin di masa depan.

"Kalau kita lihat dari hari yakni Soma atau Senin, bermakna baik dan ada rezeki. Kliwon menandakan panas atau ada persoalan-persoalan di masyarakat yang memunculkan gampang emosi," ujarnya.

Apabila dihitung dari Dauh Inti dan Dauh Sekaranti, maka berada pada hitungan jam kejadian angin puting beliung tersebut yakni hitungan SU atau sunia. Artinya sunyi atau sepi, kemudian watu artinya batu.

"Ini menandakan perlu ada kontrol bicara, agar tidak terjadi salah paham," katanya.

Kemudian muncul perasaan keras kepala, tatkala memberi nasehat kepada seseorang walaupun benar namun tetap ditolak.

"Begitu juga dilihat dari hitungan penanggal solas (sebelas). Adanya salah paham dari orang yang memiliki kekuasaan," jelasnya.

Kemudian dari sasihnya, hitungan sasih kaenem yang artinya mulai muncul rezeki dari darat.

Untuk itu, ia berharap agar semua orang tetap waspada, tawakal dan berdoa kepada Tuhan agar diberikan jalan terbaik. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved