Berita Denpasar

Berikut Ini Upacara Saat Wuku Kuningan di Bali

Tertulis di dalam lontar Sundarigama, hari suci pada wuku Kuningan dimulai pada hari Minggu Wage Kuningan yang disebut Pamaridan Guru. 

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Karsiani Putri
Tribun Bali/Rizal Fanany
ILUSTRASI- Umat Hindu melaksanakan persembahyangan 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Selain hari suci Kuningan, ada beberapa hari penting dalam wuku Kuningan.

Tertulis di dalam lontar Sundarigama, hari suci pada wuku Kuningan dimulai pada hari Minggu Wage Kuningan yang disebut Pamaridan Guru. 

Baca juga: Hari Ini Pemacekan Agung, Momen Mengembalikan Sang Bhuta Galungan dan Pengikutnya

Baca juga: Pelaksanaan Kuningan Saat PPKM Level II, Jaya Negara Ingatkan Masyarakat Tetap Terapkan Prokes

Umat Hindu meyakini, pada hari itu para dewa kembali ke surga dan meninggalkan anugerah kehidupan (amerta).

Serta umur panjang kepada setiap makhluk, terutama kepada manusia oleh para dewa di dunia ini. 

Oleh sebab itu, hari Pamaridan Guru juga disebut Ulihan atau pemulangan.

Umat Hindu di Bali membuat sesajen berupa tipat kelanan, canang raka, wangi-wangian, patirta gocara (air suci).

Sebagai ungkapan rasa bakti dan terimakasih, atas segala rahmat dan anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat manusia dan isi alam semesta. 

Selanjutnya, pada Senin Kliwon Kuningan disebut

Baca juga: Angin Puting Beliung saat Pemacekan Agung, Berikut Tenung Jero Master Made Bayu Gendeng

Baca juga: Gerhana Bulan Sebagian Akan Terjadi 19 November 2021, Catat Waktu, Wilayah, dan Cara Menyaksikannya

Banyak orang percaya hari itu merupakan hari yang cukup menyeramkan.

Sehingga orang tua berpesan pada anaknya tidak main jauh, atau menaiki pohon. 

Tatkala Pemacekan Agung, umat menyuguhkan sesajen berupa segehan agung di jalan masuk rumah.

Dengan pula memotong ayam sumulung, atau ayam yang masih kecil.

Maknanya adalah agar seluruh pasukan bhuta kala dari Sang Bhuta Galungan mundur dan kembali ke alamnya, yaitu bhutaloka. 

Sehingga tidak menganggu keseimbangan dan keharmonisan alam semesta ini.

Bhuta disomia dengan sesajen suci agar energi positif kembali ke dunia ini.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved