Berita Denpasar

Berikut Ini Upacara Saat Wuku Kuningan di Bali

Tertulis di dalam lontar Sundarigama, hari suci pada wuku Kuningan dimulai pada hari Minggu Wage Kuningan yang disebut Pamaridan Guru. 

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Karsiani Putri
Tribun Bali/Rizal Fanany
ILUSTRASI- Umat Hindu melaksanakan persembahyangan 

Hal itu bermakna untuk mengheningkan batin dan pikiran agar tetap jernih dan suci. 

Dalam lontar Sundarigama, koleksi Geria Gede Banjarangkan Klungkung, disebutkan pula bahwa saat Kuningan agar umat Hindu merenung, mengetahui, memahami hakekat diri sendiri.

Guna dapat menempatkan diri, serta berperan baik dan benar dalam hidup di dunia ini. 

Ada pula yang unik saat Kuningan, yakni etikanya banten harus selesai dipersembahkan sebelum siang hari.

Sebab dalam lontar Sundarigama, disebutkan bahwa saat hari suci Kuningan para dewa dan roh leluhur turun ke dunia pada pagi hari.

Untuk memberikan anugerah keselamatan dan kesejahteraan kepada umat. 

Kemudian roh leluhur dan pada dewa kembali ke surga sebelum tengah hari.

Sebab diyakini, apabila umat Hindu melakukan perayaan pada siang atau bahkan sore hari, maka tidak ada para dewa dan para roh leluhur di dunia lagi karena telah kembali ke sorga.

Dengan demikian perayaan siang atau sore hari dianggap sia-sia. 

(*)
 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved