Waspadai Grooming, Perilaku Manipulatif di Balik Kekerasan Seksual pada Anak di Bawah Umur

Banyak kasus kekerasan seksual pada anak dilakukan dengan cara memanipulasi korbannya.

Penulis: Priscilla Nivili | Editor: Priscilla Nivili
tribun bali/dwisuputra
ilustrasi - Pelecehan seksual terhadap anak. Untuk melindungi anak dan orang-orang yang kita sayangi, mari mengenal lebih dekat tentang grooming dan waspadai tanda-tandanya. 

Cegah perilaku berbahaya berikut dengan cara ini:

Nah, Tribunners jika anda sudah mengetahui dasar-dasar perilaku grooming, inilah cara anda untuk mencegahnya apabila anda melihat perilaku mencurigakan.

Jangan abaikan perasaan/insting anda apabila melihat sesuatu yang janggal.

Perhatian spesial

Predator seringkali akan melewati batas, namun jarang tertangkap basah melakukan kekerasan pada anak.

Apabila anda mulai merasa seseorang melewati batas, tegurlah orang tersebut dan tegaskan bahwa itu tidak pantas.

Buatlah peraturan keluarga, jelaskan pada anak kapan dan bagaimana sepantasnya hubungan antara orang dewasa dan anak-anak.

Contohnya, jangan biarkan anak anda pergi nonton atau jalan-jalan tanpa pendampingan orang tua.

Baca juga: Cara Mengontrol Anxiety Disorder dan Tanda Kecemasan yang Memerlukan Bantuan Medis

Memberikan hadiah

Hadiah dipakai sebagai teknik grooming untuk membuai anak dan keluargannya agar mempercayai si pelaku.

Tindaklah secara tegas, jika seseorang terlampau tertarik pada anak dan keluarga anda, anggaplah ini sebuah tanda bahaya.

Contohnya, tolak pemberian hadiah tanpa sebab atau tegaskan bahwa hadiah hanya boleh diberikan saat ulang tahun.

Jangan izinkan anak menerima pemberian orang lain tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Menyentuh atau memeluk

Pelaku akan nekat menguji batasan sampai mana ia bisa bertindak, salah satu caranya adalah mulai memberikan sentuhan-sentuhan fisik atau pelukan.

Mereka akan melihat bagaimana anak merespon tindakannya.

Ajarkan anak anda otonomi tubuh, tegaskan bahwa mereka berhak merasa tidak nyaman dan menolak disentuh orang lain bahkan orang terdekat sekalipun.

Tegurlah tegas apabila anda melihat anak anda tidak nyaman disentuh atau dipeluk seseorang.

Jadi pendengar yang bersimpati

Pelaku akan berusaha jadi pendengar yang perhatian pada sang anak kapanpun mereka merasa senang atau sedih.

Mereka akan menciptakan tembok pembatas antara anak dan orangtua, membuat anak percaya bahwa pelaku satu-satunya orang yang mengerti dirinya.

Ciptakanlah hubungan yang terbuka bagi anak anda, yakinkan mereka bahwa orangtuanya adalah tempat aman mereka dapat bercerita apapun pada anda.

Dengarkan mereka dengan keterbukaan, responsif bukan reaktif, bahkan ketika anda sedang sibuk sekalipun.

Katakan jika ada orang yang berusaha berahasia dengan sang anak, mereka bisa menceritakannya pada ayah dan ibu.

Menawarkan bantuan untuk keluarga

Pelaku akan mencoba menawarkan bantuan untuk menjaga sang anak saat orangtuanya sibuk (babysitting), atau menawarkan anak kursus privat untuk membantunya belajar.

Tunjukkan sikap tegas bahwa anda tidak mengizinkan anak hanya berduaan dengan orang dewasa lainnya.

Bahkan dengan pengasuh sekalipun, pastikan anda mengecek aktivitas mereka sesekali agar mereka tahu anda selalu mengawasi.

Dampingi anak saat sedang kursus privat atau latihan olahraga.

Berusaha mencari akses lewat internet

Predator akan berpura-pura jadi orang lain di internet/media sosial untuk terhubung dengan anak.

Perilaku grooming bisa terjadi secara online.

Selalu periksa siapa saja yang berhubungan dengan anak anda di media sosial atau aplikasi chat.

Berikan batasan pada anak-anak kapan mereka bisa memegang gawai, anda juga bisa letakkan komputer PC di ruang keluarga (bukan kamar pribadinya).

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved