Berita Gianyar
Satpol PP Gianyar Masih Memberikan Toleransi, Nasib Pedagang Liar di Depan Pasar Umum Gianyar
Satpol PP Gianyar masih memberikan toleransi pada pedagang liar yang berjualan di jalan raya tepat di depan Pasar Umum Gianyar
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Gianyar masih memberikan toleransi pada pedagang liar yang berjualan di jalan raya tepat di depan Pasar Umum Gianyar, Bali.
Namun setelah Pasar Umum Gianyar resmi disahkan, maka petugas akan langsung membersihkan para pedagang liar di sana.
Peresmian Pasar Umum Gianyar akan dilakukan pada Desember ini.
Sejak kemarin, para pedagang liar diharapkan bersiap-siap.
Baca juga: Tinggal Hitung Hari, Pedagang Liar di Kawasan Pasar Umum Gianyar Akan Ditertibkan
Misalnya, jika pedagang liar di sana tidak termasuk pedagang yang mendapatkan jatah di Pasar Umum Gianyar yang baru, supaya mencari tempat berjualan yang tidak melanggar aturan tentang ketertiban dan kebersihan lingkungan.
Seorang pedagang liar yang memiliki jatah di Pasar Umum Gianyar, Sang Ayu mengaku sudah siap untuk pindah.
Ia tak sabar berjualan di dalam pasar yang baru. Sebab saat ini, ia selalu kehujanan.
"Kalau sudah boleh ke dalam, pasti saya pindah. Di sini saya basah kalau hujan," ujarnya, Minggu 28 November 2021.
Sang Ayu mengatakan, ia memilih menjadi pedagang liar untuk menghindari kerumunan di pasar relokasi.
"Memilih di sini agar tidak berkerumun di pasar relokasi, di sini sebagian besar yang jualan di pinggir jalan ini yang memiliki jatah di pasar yang baru. Tapi ada juga pedagang baru karena imbas pandemi," ujarnya.
Pantauan kemarin, para pedagang liar masih membuka lapak di pinggir jalan di kawasan depan Pasar Umum Gianyar.
Namun sejatinya, sebagai besar dari mereka merupakan pedagang yang memiliki jatah di Pasar Umum Gianyar.
Beberapa di antaranya adalah pedagang baru yang pekerjaannya terdampak pandemi Covid-19.
Para pedagang yang memiliki jatah di Pasar Umum Gianyar, sejatinya telah diberikan tempat relokasi di Samplangan.
Namun dikarenakan pasar relokasi penuh, mereka memilih berjualan di pinggir jalan.