Berita Karangasem

Cuaca Tak Bersahabat, Petani Garam Karangasem Tak Berproduksi untuk Sementara Waktu 

Petani garam di Desa Purwakerti Karangasem sementara tak beroperasi karena cuaca tidak bersahabat

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Saiful Rohim
Proses pembuatan garam amed di lahan pertanian Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) di Banjar Lebah, Desa Purwakerti, Kabupaten Karangasem, Bali, Jumat 15 November 2019. Petani garam di Desa Purwakerti Karangasem sementara tak beroperasi karena cuaca tidak bersahabat. 

TRIBUN-BALI.COM, KARANGASEM - Petani garam yang tergabung di Komunitas Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Bali di Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, sementara tak beroperasi.

Hal ini lantaran cuaca tidak bersahabat. Kondisi ini terjadi sejak pertengahan November 2021 yang lalu.

Ketua MPIG Garam Bali Nengah Suanda menjelaskan, petani garam mulai tak memproduksi garam sejak pertengahan November 2021.

Pemicu utama dikarenakan hujan turun cukup lebat dan berlangsung lama, sehingga mengganggu proses produksi.

Kemungkinan petani garam tak produksi hingga awal Agustus 2022.

Baca juga: Komunitas MPIG Dibentuk, Warga Amed Karangasem Berbondong-bondong Ingin Jadi Petani Garam

"Rencana petani tak memproduksi garam hingga Juli 2022. Awal Agustus 2022 kemungkinaan kembali beroperasi.

Kami akan tunggu cuaca sampai membaik. Kalau sering hujan akan berdampak ada proses pengeringan,"ungkap Nengah Suanda saat dihubungi, Kamis 2 Desember 2021.

Ditambahkan, sebagian besar anggota MPIG saat ini bekerja di dalam, diantaranya menyortir serta mengemas stok garam tahun sebelumnya, 2020 serta 2021.

Pasokan  garam yang masih digudang, yakni garam yang akan dikiirim ke beberapa daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat dan Jakarta.

Untuk stok garam tahun 2021 masih berada di kisaran angka 50 ton. Produksi garam Amed Bali mengalami peningkatan.

Petani di MPIG mampu memproduksi sekitar 1.000 sampai 1.500 kilogram selama berproduksi karena cuaca bersahabat.

"Stok garam masih sekitar 50 ton. Cukup untuk memenuhi kebutuhan setahun ke depan. Permintaan garam dari hotel serta restoran, kecil.

Sedangkaan dari luar Bali masih belum banyak. Jumlah sekitar 1 sampai 2 ton," tambah Nengah Suanda.

MPIG dan warga berharap kebijakan dari Gubernur Bali bisa segera diterapkan, diantaranya ASN diwajibkan mengonsumsi garam lokal, dan toko modern bisa menjual garam lokal.

Pemerintah daerah juga diminta terlibat mempromosikan, dengan harapan agar permintaan serta produksi garam meningkat.

Baca juga: Tinjau Petani Garam di Amed, Koster Harapkan Garam Bali Bisa Dikonsumsi Lebih Masif di Tingkat Lokal

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved