Serba serbi
Sesajen untuk Durga Bhucari Saat Kajeng Kliwon
Hari ini, Minggu, tanggal 5 Desember 2021, bertepatan dengan hari Kajeng Kliwon. Sesajen yang dibuat, sesuai dengan sesajen pada hari Kliwon ditambah
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini, Minggu, tanggal 5 Desember 2021, bertepatan dengan hari Kajeng Kliwon.
Sesajen yang dibuat, sesuai dengan sesajen pada hari Kliwon. Namun ditambah dengan segehan warna 5 yang ditata dalam satu wadah.
Hal ini dijelaskan dalam lontar Sundarigama. Kliwon sendiri, adalah hari suci Hindu menurut perhitungan Pancawara.
Kliwon merupakan hari suci Bhatara Siwa, dan beliau menggelar semadi. Untuk itu, umat Hindu wajib memohon air suci dengan mempersembahkan canang wangi-wangian di sanggah.
Baca juga: Kajeng Kliwon, Umat Hindu Sembahyang Memohon Keselamatan
Serta di atas tempat tidur, sembari mengheningkan pikiran. Beberapa banten saat Kliwon, juga diletakkan di jalan keluar masuk perumahan.
Di antaranya berupa nasi kepel dua buah dijadikan satu tanding. Dibuat pula tiga tanding, memakai lauk bawang jahe.
Suguhan di halaman sanggah, ditujukan kepada Sang Bhuta Bhucari. Suguhan di jalan keluar masuk perumahan, ditujukan kepada Sang Durga Bhucari. Ketiganya ini wajib diberikan sesajen persembahan setiap hari Kliwon.
Dengan tujuan untuk menjaga rumah beserta seluruh isinya. Sehingga umat bisa menemukan keselamatan dan kesempurnaan.
Khusus untuk Kajeng Kliwon dengan segehan lima warna ditata dalam satu wadah. Dan tempat mempersembahkan sesajen itu, adalah di jalan keluar masuk perumahan, serta disamping pintu masuk.
Sesajen berupa canang lengawangi, buratwangi, canang yasa, canang gantal, yang ditempatkan di atas. Lalu dipersembahkan kepada Durgadewi.
Baca juga: Ini Makna Anggara Kasih Kulantir yang Bertepatan dengan Kajeng Kliwon dan Purnama Kapat
Sementara sesajen yang ada di bawah, ditujukan kepada Sang Durga Bhucari, Kala Bhucari, dan Bhuta Bhucari.
Semua ini tentu dilakukan untuk mendapatkan pahala dari berbagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Baik itu manifestasi positif maupun negatif. Karena Rwa Bhineda, baik dan buruk adalah simbol keseimbangan.
Pahalanya, disebutkan dalam lontar Sundarigama, adalah penghuni rumah akan mendapatkan keselamatan dan kesempurnaan.