Berita Badung

Warga Klungkung Prosesi Nyomia Bhuta Kala, Selain Mecaru, Tapakan Mececingak di Depan Rumah Warga

Beberapa umat di Bali kini melaksanakan prosesi nangluk merana. Hal itu dilakukan karena adanya pandemi Covid-19 yang kini mewabah di Bali. 

Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Prosesi Nyomia Bhuta Kala yang dilaksanakan di Desa Adat Pangi, Desa Pikat Klungkung, Bali, pada Minggu 5 Desember 2021 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Beberapa umat di Bali kini melaksanakan prosesi nangluk merana. Hal itu dilakukan karena adanya pandemi Covid-19 yang kini mewabah di Bali. 

Upacara nangluk merana atau upacara untuk mencegah penyakit itu pun digelar serentak di masing-masing desa adat pada Sabtu 4 Desember 2021.

Sama halnya dengan yang dilaksanakan di desa Adat Pangi, Banjar Pangi, Desa Pikat, Dawan Klungkung.

Selain melaksanakan upacara nangluk merana juga melaksanakan upacara pecaruan di pura Balang Tamak yang berlokasi di ujung desa.

Baca juga: Omicron Sudah Ditemukan di Singapura, Satgas Covid-19 Klungkung Minta Warga Waspada dan Taat Prokes

Upacara pecaruan dan nyomia bhuta kala (menetralisasi kekuatan negatif) pun dilaksanakan pada Minggu 5 Desember 2021 yang dihadiri langsung oleh seluruh warga setempat. 

Dari pantauan Tribun Bali di lokasi prosesi pecaruan sudah dipersiapkan sehari sebelumnya.

Bahkan tidak hanya melakukan pecaruan biasa, sesuunan atau tapakan yang berupa barong, rangda (ida betara ratu ayu) dan rarung juga tedun (turun) di pura Balang Tamak.

Seluruh warga diwajibkan untuk ikut bersembahyang dengan tujuan melakukan pembersihan diri.

Tidak hanya itu proses nyomia bhuta Kala juga dilakukan di masing-masing luar rumah warga dengan menghaturkan sesajen.

Kelian Banjar Pangi  Komang Sukawana saat dikonfirmasi mengatakan upacara Nyomia Bhuta Kala yang dilaksanakan setiap tahun sekali. Hari yang dipilih pun menggunakan hari baik yakni sasih keenam dengan rahina kajengkliwon.

Baca juga: Desa Banjarangkan Klungkung Gelar Tari Sanghyang Jaran, Netralkan Semesta dari Wabah dan Penyakit

"Prosesi yang dilaksanakan ini merupakan prosesi nyomia bhuta kala, dengan tujuan agar terciptanya keharmonisan alam," ujarnya.

Pihaknya menyebutkan, dalam prosesi nyomia bhuta kala, desa Adat melaksanakan upacara pecaruan amanca di Pura Balang Tamak. Warga banjar pun diwajibkan ikut bersembahyang dengan tujuan ikut mendoakan alam semesta beserta isinya agar harmonis. 

Tidak hanya itu warga yang bersembahyang pun dihaturkan banten prastista untuk pembersihan diri secara niskala. Prosesi yang dilaksanakan pukul 10.00 wita pun akunya berjalan sesuai dengan harapan.

"Setiap tahun kita laksanakan upacara ini, apa lagi dengan kondisi covid-19 ini. Kita berharap cepat mereda dengan menghaturkan sesajen untuk bhuta kala secara niskala," tuturnya.

Disisi lain, Bendesa adat Pangi I Ketut  Suartika juga menuturkan hal yang sama. Pihaknya mengaku prosesi upacara Nyomia Bhuta kala berbeda dengan biasanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved