Guru di Pesantren Rudapaksa Santriwati
Kasus Guru Rudapaksa Santriwati: Orangtua Menangis, Disodori Bayi 4 Bulan, Seperti Kiamat
Ketua (P2TP2A) Garut Diah Kurniasari Gunawan mengaku merasakan kekecewaan dari para orangtua santri yang dirudapksa gurunya
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM - Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut Diah Kurniasari Gunawan mengaku merasakan kekecewaan, marah yang berkecamuk dari para orangtua santri dari Garut yang anaknya menjadi korban rudapaksa gurunya di Cibiru, Bandung, Jawa Barat.
Diketahui, belasan korban rudapaksa guru pesantren berinisial HW tersebut, 11 diantaranya berasal dari Garut, Jawa Barat.
Selain itu, 11 korban rudapaksa Guru di Pesantren memiliki ikatan persaudaraan serta bertetangga.
Dilansir Tribun-Bali.com dari Kompas.com pada Jumat 10 Desember 2021 dalam artikel berjudul Orangtua Santriwati Korban Perkosaan Guru Pesantren Menangis Saat Disodori Bayi 4 Bulan oleh Anaknya, Dunia Serasa Kiamat..., Diah sendiri menyaksikan pilunya momen pertemuan para orangtua dengan anak-anaknya.
Para orangtua sebelumnya percaya anak-anaknya tengah menuntut ilmu di pesantren.
Baca juga: Santriwati Korban Rudapaksa Histeris Tutup Telinga dengar Suara Herry Wirawan
Namun, anak mereka malah dirudapaksa oleh guru ngajinya yang mereka percayai sebelumnya.
"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia 4 bulan oleh anaknya, enggak, semuanya nangis," jelasnya.
Orangtua Korban Berat Terima Kenyataan
Peristiwa pilu itu terjadi saat dirinya mengawal pertemuan para orangtua dengan anak-anaknya di Kantor P2TP2A Bandung, setelah dibawa keluar dari lingkungan pondok pesantren oleh penyidik Polda Jabar.
Kondisi yang sama, menurut Diah, juga terjadi di Kantor P2TP2A Garut saat para orangtua yang tidak tahu anaknya menjadi korban pencabulan guru ngajinya diberi tahu kasus yang menimpa anaknya, sebelum akhirnya mereka dipertemukan pertama kali di Kantor P2TP2A Bandung sebelum dibawa ke P2TP2A Garut.
Menurut Diah, selain berat menerima kenyataan anaknya jadi korban, para orangtua juga kebingungan membayangkan masa depan anak-anaknya dan lingkungan tempat tinggal mereka yang dikhawatirkan tidak bisa menerima.
"Di kecamatan ini (lingkungan rumah korban), saya sampai datang beberapa kali nengok yang lahiran, ngurus sekolahnya, ketemu tokoh masyarakatnya," katanya.
Orangtua Korban Terima Dampingan Psikologi
Kasus ini, menurut Diah, sangat-sangat menguras emosi semua pihak, apalagi saat dilakukan terapi psikologi terhadap anak-anak dan orangtua yang dilakukan tim psikolog P2TP2A.
"Sama, kita semua juga marah pada pelaku setelah tahu ceritanya dari anak-anak, sangat keterlaluan, kita paham bagaimana marah dan kecewanya orangtua mereka," katanya.
Baca juga: RESMI Dosen Unsri Jadi Tersangka Kasus Pelecehan Seksual Mahasiswi, Langsung Ditahan