Serba Serbi
Upakara Atau Banten, Berikut Makna dan Fungsinya Menurut Kepercayaan Hindu Bali
Upakara atau yang dikenal secara umum disebut banten, memiliki makna dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam kehidupan umat Hindu di Bali, tidaklah bisa lepas dari upakara dan upacara.
Upakara atau yang dikenal secara umum disebut banten, memiliki makna dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali.
Upakara berasal dari dua kata, yakni upa dan kara.
Upa berarti berhubungan dengan, sedangkan kara berarti perbuatan, pekerjaan, atau tangan.
Baca juga: Daksina atau Banten, Cara Mendekatkan Diri dengan Tuhan Dalam Hindu
Sehingga upakara diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan oleh tangan, yaitu banten itu sendiri.
Banten di Pulau Dewata, memiliki nilai religius dan magis tersendiri. Sehingga banten atau bebantenan sangat penting, dan berkaitan dengan kehidupan agama Hindu di Bali.
Cara membuat dan cara meletakkan banten pun, tidak bisa sembarangan. Harus sesuai dengan aturan yang berlaku.
Banten juga sangat dipengaruhi oleh desa, kala, patra, serta aturan di suatu desa adat atau desa pakraman.
Banten juga berkaitan dengan seni budaya Bali, yang diwariskan sejak zaman dahulu.
Biasanya tiap daerah di Bali, memiliki ciri khas jejahitan dalam sebuah banten.
Walaupun secara umum bentuk dan maknanya mirip dan bahkan cenderung bermakna sama.
Seperti misalnya canang sari, atau banten pejati yang secara umum memiliki bentuk dan fungsi yang sama di setiap daerah di Bali.
Membuat banten memang memerlukan biaya, karena harus membeli janur, serta sarana bebantenan lainnya. Agar sebuah banten itu menjadi sempurna.
Sebelum dihaturkan kepada para dewa, manusia, atau bahkan untuk bhuta.
Baca juga: Warga Haturkan Banten Pule Gembal di Pura Perjuangan, Sebagai Wujud Syukur Karena Telah Miliki SHM
