Serba Serbi

Umat Hindu Akan Merayakan Hari Suci Siwaratri Sebentar Lagi, Siapkan Diri untuk Jagra

Namun khusus bagi umat Hindu, awal tahun akan dimulai dengan hari suci Siwaratri, yang jatuh pada Sabtu, 1 Januari 2022

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali
ilustrasi - Perayaan malam Siwaratri di Pura Goa Lawah, Pesinggahan, Klungkung beberapa waktu lalu 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Akhir tahun 2021, akan berakhir dalam hitungan hari. Dan seluruh dunia akan segera menyambut tahun baru 2022.

Namun khusus bagi umat Hindu, awal tahun akan dimulai dengan hari suci Siwaratri, yang jatuh pada Sabtu, 1 Januari 2022.

Tentunya ini menjadi pertanda baik, sebab hari suci yang ditujukan bagi Dewa Siwa jatuh tepat pada awal tahun 2022.

Sehingga harapannya segala perjalanan di tahun 2022, mendapat karunia dan perlindungan beliau.

Baca juga: Perayaan Malam Tahun Baru, IHGMA Usulkan Pelaku Pariwisata Diberi Waktu Countdown hingga Pukul 00.00

Siwaratri sangat erat kaitannya dengan jagra. Dalam kamus Bahasa Bali artinya tetap sadar. Dan majagra artinya tidak tidur semalam suntuk, khususnya pada hari raya Siwaratri.

Ada makna dibalik kata ini. Sebab dipercaya pada saat hari Siwaratri, Dewa Siwa beryoga semadi.

Dalam kutipan Kakawin Siwaratri Kalpa, disebutkan bahwa Siwa yang tidak berwujud (niskala), selalu dipuja oleh mereka yang mengharapkan kebahagiaan.

Beliau yang tidak berwujud ini, sebenarnya dapat berwujud dengan mengambil tempat di padma hati yang paling dalam. Baik di dhyana atau kosentrasi pikiran, stuthi atau pemujaan, dan kutamantra atau mengonsentrasikan mantra.

Termasuk pula japa, yaitu mengulang-ulang nama sucinya. Mudra yaitu gerak tangan. Semua ini adalah cara-cara untuk memujaNya.

Arti kutipan ini tercantum di dalam Kakawin Siwaratri Kalpa bait satu. Tatkala jagra atau melek semalam suntuk pun, dijelaskan dalam Kakawin Siwaratri Kalpa bait 37.2.

Yang arti kutipannya, setelah siang hari berlalu pada malam harinya patut melek dan tidak tertidur.

Dengan selalu memuja Hyang Siwa dalam perwujudan Siwalingga, yang bersemayam di alam Siwa.

Didahului dengan memuja Hyang Siwa dan Hyang Gana (Ganesha). Lalu pada malam harinya, melakukan yamapat yang disesuaikan batas kemampuan.

Pada dasarnya, makna jagra adalah selain pemujaan kepada Dewa Siwa dengan ikut beryoga semadi. Juga untuk instrospeksi diri sendiri, atau mulat sarira.

Baca juga: RENUNGAN Siwaratri: Malam Paling Gelap hingga Refleksi Kisah Lubdaka Sang Pemburu

Bagaimana mengendalikan diri dari segala hawa nafsu duniawi ini. Sehingga dapat menyatu dengan beliau, dalam cita-cita umat Hindu yang dikenal dengan istilah Moksartham Jagat Hita Ya Ca Iti Dharma. (*)

Artikel lainnya di Serba Serbi

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved