FAKTA Bougainville yang Memilih Merdeka dari Papua Nugini, Akan Jadi Negara Tetangga Dekat Indonesia

Kecahnya konflik di Bougainville juga dipicu oleh keinginan untuk menentukan nasib sendiri, sengketa tanah, dan kerusakan lingkungan terkait tambang.

Editor: Bambang Wiyono
AFP/NESS KERTON
Jalur air yang ramai di ibu kota Buka, Pulau Bougainville, menjelang pemungutan suara untuk referendum pelepasan diri dari Papua Nugini, 21 November 2019. 

Selama bertahun-tahun konflik, faksi-faksi bersenjata yang berbeda bermunculan termasuk Tentara Revolusioner Bougainville dan Pasukan Perlawanan Bougainville.

Konflik tersebut memaksa sebagian besar penduduk mengungsi.

Kelompok pemberontak akhirnya menguasai pulau itu sampai 1991 ketika Papua Nugini mengerahkan pasukannya di sana dan merebut kembali kontrol atas Bougainville.

Kendati demikian, konflik di sana terus berlanjut. Pada akhir 1990-an, sebanyak 15.000 orang menjadi korban tewas akibat konflik.

Pada 2001, kelompok separatis di Bougainville dan Pemerintah Papua Nugini akhirnya mencapai kesepakatan damai.

Kesepakatan tersebut berisi pembentukan daerah otonom di Bougainville serta pulau-pulau terdekatnya serta janji referendum kemerdekaan dari Papua Nugini.

Referendum lantas diadakan antara 23 November hingga 7 Desember 2019, dengan hasil diumumkan pada 11 Desember.

Hasil dari referendum tersebut adalah 98,31 persen suara mendukung kemerdekaan penuh Bougainville dari Papua Nugini.

Proses kemerdekaan Bougainville bakal dimulai pada 2023. Bougainville diperkirakan bisa menjadi negara yang merdeka penuh pada 2027.

Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul https://www.kompas.com/global/read/2021/12/22/094512170/alasan-bougainville-memilih-merdeka-dari-papua-nugini-calon-negara-baru?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved