Tips Kesehatan
Kenali Gejala Fase Transisi Sebelum Menopause
Keluarnya darah setelah menopause bisa tanda dari keganasan,tumor, atau infeksi, dan sebab lainnya
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berhentinya siklus haid atau dikenal sebagai menopause, ditandai berhentinya haid selama 12 bulan.
Artinya, bila wanita telah sama sekali tidak mendapatkan haid sekurangnya 12 bulan, wanita tersebut sudah dinyatakan menopause.
Usia menjadi faktor wanita mengalami menopause. Data statistik, usia wanita yang mengalami menopause antara 45-55 tahun, rata-rata 50,7 tahun atau 51 tahun.
Penelitian tahun 2016, usia rata-rata wanita Indonesia yang mengalami menopause antara 48-49 tahun.
“Usia wanita mengalami menopause tidak bisa ditentukan pasti. Tapi bisa diprediksi dari garis keturunan ibu, nenek, atau kakak kandung perempuan tersebut. Kalau ibu mengalami menopause 50 tahun, kemungkinan besar diusia tersebut si anak mengalami menopause. Walaupun ada faktor lain yang berperan juga,” ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi Dr.dr. Anita Rachmawati, SpOG (K) saat talkshow di Radio Kesehatan dengan tema ‘Mengenal Tanda-Tanda Menopause Pada Wanita’, Senin (19/10/2020), dilansir Tribunnews.com.
Faktor lain yang bisa mempercepat terjadinya menopause, diantaranya ada operasi pengangkatan indung telur, terapi kanker (raditerapi dan kemoterapi), gaya hidup perokok berat, dan minum alkohol. Kondisi ini disebut menopause dini.
Sebelum terjadinya menopause, ada masa perimenopause atau periode transisi. Rentangnya ternyata cukup panjang antara 2-8 tahun, rata-rata 5 tahun.
Pada periode tersebut, terdapat gangguan gejala haid.
Siklus haid jadi tidak teratur, jumlah haid sedikit atau jadi banyak, siklus haid tidak teratur tapi bisa teratur lagi.
Pada periode perimenopause wanita mengalami gejala-gejala yang seringkali membuat tidak nyaman.
Diantaranya hot flashes atau perasaan panas pada wajah dan tubuh, insomnia, vagina menjadi kering yang membuat hubungan seksual terasa menyakitkan, termasuk menurunkan libido atau penurunan gairah seksual, serta terjadi pengeroposan tulang.
Termasuk juga adanya peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dan penurunan kadar kolesterol baik (HDL). Kondisi ini membuat risiko terkena penyakit jantung jadi meningkat. Dari sisi emosi juga menjadi lebih sensitif, mood swing, dan mudah lupa.
Hormon estrogen sangat berperan dalam terjadinya menopause.
Selain itu, juga berperan dalam metabolisme kolagen yang salah satunya membuat kulit jadi kencang, mulus, tidak keriput dan kering.
Penurunan estrogen, akan membuat gejala sebaliknya. Kulit menjadi terlihat lebih keriput, rambut rontok bahan lebih parah menyebabkan kebotakan.
Walaupun menopause juga dipengaruhi hormon progesterone dan juga hormon androgen.
Gejala perimenopause yang bisa berlangsung bertahun-tahun itu dialami hampir 80 persen wanita dan dianggap natural sampai mencapai usia menopause. Gejala perimenopause bisa berlangsung ringan bahkan tidak ada gejala sama sekali, sedang, bahkan berat.
Dari penelitian, ternyata gejala menopause pada wanita di Asia, seperti di Cina, Jepang, Korea, termasuk di Indonesia gejalanya lebih rendah dibandingkan di negar a barat.
Hal ini berkaitan dengan pemahaman, budaya , sosial, agama dan pola makan.
“Salah satu penyebab menopause adalah defisiensi kadar estrogen. Pola makan Asia diduga salah satunya adanya fitoestrogen berasal dari makanan dalam konsumsi harian yang berasal dari kedelai, tempe, tahu, tofu yang diduga membuat gejala menopause pada wanita Asia cenderung lebih sedikit dikeluhkan dibandingkan negar barat,” papar dokter Anita. Selain itu juga ada faktor lain, yakni faktor merokok, mengonsumsi alkohol.
Dokter Anita mengatakan, salah satu gejala khas perimenopause adalah hotflash. Gejala ini bisa dikurangi dengan mengurangi konsumsi kopi atau makanan/minuman yang mengandung kafein, serta pedas. Hindari hal yang membuat kepanasan lain misalnya gunakan pakaian yang tipis, menggunakan pendingin udara atau kipas angin. Tak kalah penting olahraga teratur, disarankan 5x dalam seminggu minimal 30 menit.
Dokter mengingatkan, bila setelah 12 bulan tanpa haid artinya sudah menopause, ternyata pada suatu waktu keluar darah mirip haid, jangan dianggap remeh.
Pasalnya keluarnya darah setelah menopause bisa tanda dari keganasan,tumor, atau infeksi, dan sebab lainnya. Sehingga harus segera dibawa ke dokter untuk diketahui penyebab sebenarnya keluarnya darah mirip haid setelah menopause.
Terapi khusus Untuk Mengurangi Gejala Menopause
Pada wanita yang mengalami gejala perimenopause yang berat, dokter bisa menyarankan untuk melakukan terapi.
Terapi utamanya dengan pemberian hormon pengganti, estrogen. Namun, pertimbangan pemberian hormon pengganti ini harus dilakukan dokter obstetri dan ginekologi dan diperhitungkan keuntungan dan kerugian. Pasalnya, dampak pemberian hormon pengganti tersebut juga ada, diantaranya pusing, mual, muntah serta pembekuan darah.
Sebelum pemberian hormon pengganti, dokter biasanya menyarankan penggunaan lain dulu. Misalnya ketika vagina menjadi kering sehingga mengganggu saat melakukan hubungan suami istri, dokter bisa memberikan jeli pelumas. (*)
Artikel ini sudah tayang di Tribunnews dengan judul Kenali Gejala Perimenopause, Fase Transisi Sebelum Menopause, Bila Menganggu, Lakukan Ini