Berita Denpasar

Mengenal Teknologi EEG yang Digunakan Tawan 'Iron Man Bali' Pada Robot Lengannya

Mengenal teknologi Electroencephalography (EEG), digunakan oleh Iron Man Bali, I Wayan Sumardana alias Tawan.

Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Rizal Fanany
I Wayan Sumardana alias Tawan (31) mencoba berkonsentrasi mengangkat lengan robotnya di bengkel kerjanya, di Banjar Tauman, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem, Jumat, 22 Januari 2016. 

TRIBUN-BALI.COM – Indonesia sempat digegar dengan penemuan robot berteknologi Electroencephalography (EEG) oleh pria asal Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis Karangasem.

Pria tersebut bernama I Wayan Sumardana alias Tawan itu sempat dijuluki sebagai Iron Man dari Bali.

Hal itu lantaran temuanya dalam pembuatan robot EEG yang mengunggakan sensor otak pada tahun 2016 silam.

Menurut Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana, I Wayan Widiada, ST, MSc, PhD mengatakan prinsip kerja robot yang digunakan Tawan pada Lengan Ironmannya memiliki konsep kerja robot yang masuk akal.

Bahkan hal seperti ini adalah sesuatu yang lumrah dalam ilmu robotik. Konsep teknologi electroencephalography (EEG) ini sudah umum sebenarnya.

Mungkin orang awam belum biasa melihat dan mengetahui teknologi ini.

Meski desain lengan robot ini sangat sederhana karena menggunakan barang-barang bekas, namun dari strukturnya sudah memenuhi prinsip kerja robot.

Sayangnya temuan yang dirancang selama 4 bulan itu rusak setelah diguyur hujan saat ditinggal ke RSUD Karangasem.

Dron sebagai alat sensor juga tidak berfungsi sama sekali.

Wayan Sumardana alias Tawan Si Iron Man Bali saat membuat traktor untuk membajak di lahan kering, Senin (10/1/2022). Tangan bagian kiri yang lumpuh sudah sembuh tahun 2019 lalu.
Wayan Sumardana alias Tawan Si Iron Man Bali saat membuat traktor untuk membajak di lahan kering, Senin (10/1/2022). Tangan bagian kiri yang lumpuh sudah sembuh tahun 2019 lalu. (Tribun Bali/Saiful Rohim)

Alat penggerak pendukung robot seperti stock beker, gir, aki kering yang jadi sumber energi juga tak berfungsi.

Baca juga: Ingat Wayan Tawan Iron Man Bali? Kini Jadi Petani Porang, Robot Tangan Buatannya Rusak Diguyur Hujan

Lantas apa itu konsep teknologi Electroencephalography (EEG) yang digunakan di lengan Iron Man milik Tawan beberapa waktu silam?

Mengenal EEG

Dilansir Tribun-Bali.com dari situs Healthline.com pada Senin, 10 Januari 2022, Electroencephalogram (EEG) merupakan sebuah tes untuk menaikan aktivitas listrik di dalam otak.

Sel-sel pada otak saling berkomunikasi dengan yang lewat dorongan gelombang yang diterima lewat tes EEG.

Sebuah EEG bisa digunakan dalam membantu mendeteksi masalah yang berkaitan dengan aktivitas penaikan gelombang elektromagnetik di otak.

EEG juga dapat melacak dan merekam pola gelombang otak.

Teknologi EEG biasanya digunakan di bidang medis.

Ilustrasi EEG
Ilustrasi EEG (Pixabay/ ulrichw)

Teknisi yang melakukan EEG dilatih untuk mengelola situasi apa pun yang mungkin terjadi dengan aman.

Penggunaan EEG

Teknologi EEG telah digunakan sejak tahun 1929 untuk mendeteksi masalah dalam aktivitas listrik otak yang berhubungan dengan gangguan otak tertentu.

Baca juga: Proyek Bandara Internasional Bali Utara Turut Digarap Kontraktor China, Target Beroperasi 2024

Pengukuran yang diberikan oleh EEG digunakan untuk mengkonfirmasi atau mengesampingkan berbagai kondisi, termasuk:

Gangguan Kejang (Seperti Epilepsi)

Cedera Kepala

Ensefalitis (Radang Otak)

Tumor Otak

Ensefalopati (Penyakit Yang Menyebabkan Disfungsi Otak)

Gangguan Tidur

Stroke

Demensia

Ketika seseorang dalam keadaan koma, EEG dapat dilakukan untuk menentukan tingkat aktivitas otak mereka.

Tes ini juga dapat digunakan untuk memantau aktivitas selama operasi otak.

Penelitian Melibatkan EEG

Sebuah studi dari Departemen Psikologi Universitas Negeri Arizona telah mengidentifikasi tanda-tanda saraf yang terjadi antara pasangan yang terlibat asmara saat mereka bekerja untuk menjawab pertanyaan itu.

Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di Social, Cognitive and Affective Neuroscience, menggunakan electroencephalography (EEG) untuk mengukur aktivitas listrik otak dari kedua anggota pasangan romantis saat mereka menilai status hubungan romantis mereka.

Dilansir Tribun-Bali.com dari situs resmi Universitas Arizona pada Senin, 10 Januari 2022 menyebutkan sebuah studi dari Departemen Psikologi Universitas Negeri Arizona telah mengidentifikasi tanda-tanda saraf yang terjadi antara pasangan yang terlibat asmara sebagai indikasi bagaimana mereka cocok sebagai pasangan.

Baca juga: REKOR BARU, Matahari Buatan China Menyala Selama 17 Menit

Penelitian ini melibatkan 49 pasangan yang terlibat asmara yang telah berkencan kurang dari setahun. Setiap pasangan dipasangi topi EEG, yang memungkinkan tim peneliti secara bersamaan mengukur aktivitas listrik dari kedua otak mereka. Jenis pengukuran ini disebut dyadic EEG.

Tim peneliti berfokus pada sinyal otak spesifik yang disebut P300 yang melacak proses berpikir saat membuat keputusan, seperti bagaimana mengevaluasi umpan balik sosial.

Selama pengumpulan EEG, pasangan menjawab pertanyaan tentang karakteristik hubungan mereka, seperti apakah mereka cocok dalam gaya komunikasi, keintiman, dan ketertarikan fisik.

Peserta kemudian melihat jawaban pasangan romantis mereka, serta jawaban dari sekelompok teman fiktif yang digambarkan sebagai ahli hubungan.

"Kami menyertakan jawaban dari dua sumber ini untuk menyelidiki jawaban mana tentang kecocokan hubungan yang lebih penting - jawaban dari pakar hubungan fiktif atau dari pasangan romantis," kata kata Thao Ha, asisten profesor psikologi.

Tim peneliti pertama-tama menilai respons otak ketika para peserta menunggu jawaban dari para ahli hubungan fiktif dan pasangan romantis mereka. Umpan balik yang masuk dari rekan fiktif dan pasangan romantis sama pentingnya dalam fase percobaan ini.

Tapi, P300 lebih besar ketika partisipan sendiri ragu apakah mereka cocok dengan pasangan romantis mereka dalam suatu karakteristik.

Tim peneliti juga menilai aktivitas otak ketika jawaban dari teman fiktif dan pasangan romantis mereka terungkap.

Umpan balik dari rekan fiktif tidak penting dalam fase percobaan ini, tidak seperti ketika peserta sedang menunggu jawaban.

“Ketika hubungan terjalin, apa yang diberikan pasangan Anda sebagai umpan balik tentang kecocokan hubungan lebih penting daripada teman sebaya. Temuan ini penting karena sebagian besar penelitian berfokus pada umpan balik rekan,” jelas Ha.

Apakah Ada Risiko Yang Terkait Dengan EEG?

EEG biasanya tidak menimbulkan rasa sakit dan sangat aman. Jika EEG tidak menghasilkan kelainan apa pun, rangsangan seperti lampu sorot, atau pernapasan cepat dapat ditambahkan untuk membantu menginduksi kelainan apa pun.

Ketika seseorang menderita epilepsi atau gangguan kejang lainnya, ada risiko kecil bahwa rangsangan yang diberikan selama tes (seperti cahaya yang berkedip) dapat menyebabkan kejang. Teknisi yang melakukan EEG dilatih untuk mengelola situasi apa pun yang mungkin terjadi dengan aman.

Hiperventilasi juga biasanya diinduksi selama EEG untuk menghasilkan kelainan. Beberapa orang mungkin tidak dapat melakukan hiperventilasi dengan aman, seperti orang dengan riwayat stroke, asma, atau anemia sel sabit.

Faktor-faktor Mengganggu Proses EEG

Beberapa jenis gerakan berpotensi menyebabkan "artefak" pada rekaman EEG yang meniru gelombang otak.

Orang yang bertanggung jawab untuk menafsirkan EEG Anda akan mempertimbangkan gerakan ini;

Nadi Dan Detak Jantungmu

Pernafasan

Berkeringat

Gerakan Mulut

Gerakan Otot

Faktor Lain Yang Dapat Mempengaruhi Pembacaan Eeg Anda Meliputi:

Gula Darah Rendah

Lampu Terang Atau Berkedip

Beberapa Obat, Seperti Obat Penenang

Mengkonsumsi Kafein

Rambut Berminyak Atau Semprotan Rambut

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved