Berita Buleleng

Peraturan yang Disyaratkan Dinilai Terlalu Berat, Desa Adat Buleleng Putuskan Tak Ada Ogoh-Ogoh

Meski Gubernur Bali Wayan Koster telah mengizinkan adanya pengarakan ogoh-ogoh jelang hari raya Nyepi

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Karsiani Putri
Ratu Ayu Astri Desiani
Sekaa Truna Desa Adat Alap Sari Jinengdalem saat melanjutkan kembali pembuatan ogoh-ogoh, Kamis (17/2) 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Meski Gubernur Bali Wayan Koster telah mengizinkan adanya pengarakan ogoh-ogoh jelang hari raya Nyepi, namun Desa Adat Buleleng memutuskan untuk tetap tidak melaksanakannya.

Hal ini dilakukan sebab 10 peraturan yang disyaratkan dinilai terlalu berat. 

Baca juga: Buntut Kasus Persetubuhan Siswi di Buleleng, Bapas Keluarkan Rekomendasi untuk Penegak Hukum

Baca juga: UPDATE: Jenazah Komang Ayu Akan Dimakamkan Besok di Setra Desa Pedawa Buleleng

Bendesa Adat Buleleng, Jero Nyoman Sutrisna pada Kamis (17/2) mengatakan, beberapa waktu lalu pihaknya bersama 14 kelian banjar adat yang ada di Desa Adat Buleleng telah melaksanakan paruman.

Dari paruman itu, 10 kriteria yang dipersyaratkan, salah satunya wajib swab antigen bagi pengarak, dan menjaga protokol kesehatan para penonton dirasa cukup berat. 

"Kami merasa tidak sanggup memenuhi 10 kriteria itu dengan baik dan benar. Maka kami sepakat meniadakan pembuatan dan pengarakan ogoh-ogoh tahun ini. Itu sudah kesepakatan melalui paruman, meski Gubernur Bali terbaru telah mengizinkan untuk nyomya ogoh-ogoh secara terbatas di wewidangan banjar," ucapnya. 

Baca juga: 7 ARTI MIMPI Tentang Kupu-kupu, Pertanda Kamu Siap Menjalani Hal Sulit

Sementara Ketua Sekaa Truna Desa Adat Alap Sari Jinengdalem, Kecamatan Buleleng Ketut Hermawan mengatakan, beredarnya flyer digital Gubernur Bali yang mengizinkan untuk nyomya ogoh-ogoh, membuat pihaknya kembali bersemangat untuk menyelesaikan pembuatan ogoh-ogoh.

Baca juga: 7 ARTI MIMPI Tentang Kupu-kupu, Pertanda Kamu Siap Menjalani Hal Sulit

Dimana ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi tahun ini berbentuk cakra muka. 

Ketut Hermawan pun tidak menampik, pembuatan ogoh-ogoh di desanya sempat dihentikan, saat MDA Buleleng pada awal Februari lalu memutuskan untuk menunda sementara pengarakan ogoh-ogoh, akibat melonjaknya kasus terkonfirmasi.

"Awal Januari kan sempat diizinkan, kami sudah membuat progresnya sudah sampai 40 persen. Kemudian MDA mengeluarkan surat untuk menunda pengarakan ogoh-ogoh. Jadi pembuatannya sempat kami hentikan. Sekarang Gubernur Bali sudah mengizinkan, jadi pembuatannya kami lanjutkan lagi," katanya. 

Baca juga: 7 ARTI MIMPI Tentang Kupu-kupu, Pertanda Kamu Siap Menjalani Hal Sulit

Terkait syarat yang ditentukan oleh Pemprov Bali, seperti hanya dapat diikuti paling banyak 25 orang, sudah divaksin dua kali, memakai masker, dan swab antigen, Ketut Hermawan mengaku siap menyanggupi.

Ogoh-ogoh yang dibuat kata Hermawan hanya satu, dan akan diarak hingga ke setra Desa Jinengdalem, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter. 

Baca juga: 20 Desa di Buleleng Mulai Salurkan BLT-DD, Dialokasikan Dana Rp52 Miliar

Baca juga: KONI Buleleng Bangun Jogging Track di Lapangan Bhuana Patra Tahun Ini

Baca juga: 7 ARTI MIMPI Tentang Kupu-kupu, Pertanda Kamu Siap Menjalani Hal Sulit

"Untuk pelaksanaan swab antigen, nanti kami akan koordinasikan dengan Bendesa Adat. Syarat-syarat itu akan kami patuhi karena protokol kesehatan harus tetap dilakukan dalam situasi pandemi ini," tutupnya. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved