Berita Gianyar
Perajin Bata di Gianyar Tak Terima Imbas Pembangunan Pemkab Gianyar, Sukara: Stok Kami Banyak
Mereka sangat menyayangkan di tengah gencarnya pembangunan oleh pemerintah, tetapi tidak ada yang menggunakan bata Tulikup, tetapi justru menggunakan
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Proyek-proyek Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali yang diharapkan menjadi tonggak perputaran ekonomi di Gianyar, rupanya tidak dirasakan oleh pengusaha atau perajin batu bata di Desa Tulikup, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, Bali.
Sebab saat ini, stok mereka melimpah. Sementara pesanan sangat minim.
Bahkan dari sejumlah pesanan yang selama ini mereka terima, tak ada satupun dari proyek Pemkab Gianyar.
Kondisi kontras tersebut diungkap oleh perajin batu bata Desa Tulikup, I Nyoman Sukara, Senin 21 Februari 2022.
Baca juga: Tingkatkan Populasi Sapi, Distanak Gianyar Target 8.500 Inseminasi
Kata dia, sejumlah pengerajin bata merah di Desa Tulikup, Gianyar mulai menjerit, karena hampir tidak ada penjualan, sedangkan stok batu merah mereka banyak.
Mereka sangat menyayangkan di tengah gencarnya pembangunan oleh pemerintah, tetapi tidak ada yang menggunakan bata Tulikup, tetapi justru menggunakan bahan material dari luar daerah.
"Stok bata kami sangat banyak, bahkan sampai ada yang lumutan karena tidak ada yang beli," keluh Sukara yang juga Bendesa Tulikup Kelod tersebut.
Sukara pun meminta agar pemerintah dalam melakukan pembangunan di tahun 2022 ini, agar menggunakan bata Tulikup.
Baca juga: PHDI Gianyar Sebut Melasti Bisa Dilakukan di Mata Air Terdekat
Selain produk lokal, hal tersebut akan membantu masyarakat Tulikup yang kini hidup dalam kesusahan.
Sebab, kata dia, di masa pandemi ini, banyak warga Tulikup yang kehilangan pekerjaan dan beralih menjadi pengerajin batu bata.
"Karena semakin banyak yang beralih menjadi pengerajin bata, maka stok barang semakin banyak dan menumpuk. Sedangkan penjualan sangat minim," ungkapnya.
"Pembangunan gencar, tapi tidak gunakan bahan lokal. Bagaimana dikatakan ikut memperdayakan produk lokal, kalau material yang digunakan justru dari daerah lain," keluhnya.
Perajin bata Tulikup lainnya, I Gusti Ngurah Winata juga mengatakan hal demikian.
Dia mengatakan, berbicara soal kualitas, kualitas bata Tulikup tidak kalah dengan bata lainnya.
"Karena dikatakan bata Tulikup senawanan, sehingga banyak yang beralih ke material lain. Padahal sebenarnya tidak. Cepat senawanan karena saat pemasangan banyak menggunakan semen," tegasnya.
Perbekel Tulikup, I Made Ardika berharap Gubernur Bali dan Bupati Gianyar merespons keluhan perajin bata di wilayahnya dengan meminta pihak proyek yang mengerjakan bangunan pemerintah di Kabupaten Gianyar agar mempergunakan bata Tulikup.
Baca juga: Pasar Rakyat Gianyar Mulai Bergeliat, Sudah 1.000 Lebih Pedagang Buka
"Saya harapakan pemerintah supaya tergugah, dengan kondisi masyarakat Tulikup yang 65 persen merupakan pengerajin batu bata," ujarnya.
Ketua DPRD Gianyar, I Wayan Tagel Winarta, juga mengharapkan kepada pemerintah maupun masyarakat umum, agar menggunakan bata Tulikup, terutama untuk bangunan style Bali.
"Jangan ragu lagi, kalau proses pemasangannya benar, pasti tidak akan senawanan. Apalagi sekarang kualitasnya jauh lebih baik dari sebelumnya," ungkapnya.
Tagel mengatakan, saat ini proses pembuatan bata Tulikup sudah mengalami perkembangan.
Yakni, dari proses tanah sampai bisa dicetak itu memerlukan waktu 3-4 hari.
Setelah dicetak, lalu dijemur 1 bulan dan selanjutnya dilakukan pembakaran 3 hari 3 malam. Karena pembakaran menggunakan kayu bakar, sehingga harus ditunggu.
"Karena prosesnya itu, saya yakin kualitas bata Tulikup sangat bagus, terutama untuk pembangunan kantor dan rumah tinggal yang menggunakan ornamen Bali, apalagi untuk pembangunan tempat suci," kata Tagel. (*)
Berita lainnya di Berita Gianyar