Human Interest Story
Dari Hobi Jadi Rejeki, Kisah Lurah Kubu Bangli yang Beternak Burung Anis Merah
Sembari berkicau, burung dengan nama latin Geokichla citrina itu sesekali juga menampilkan tarian khas yang oleh para penghobi disebut dengan 'teler'
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Wema Satya Dinata
Di tahun ini pula, ia pertama kali menjual burung Anis merah pada seseorang asal Denpasar.
Kebetulan pelanggan pertamanya termasuk orang berada. Yang dalam bahasa sekarang disebut 'sultan'.
Arya yang tidak tahu berapa harga pasaran saat itu, mengacu pada harga pertama ia membeli burung Anis merah sebagai patokan.
"Saya buka harga Rp 2 juta, dan dia tidak menawar. Dia bahkan membeli lima ekor. Keuntungannya kan besar, saya beli 11 ekor dengan harga Rp 7 juta, tapi 5 ekor dibeli Rp 10 juta," sebutnya.
Sejak saat itulah Arya menyadari perputaran uang dari Anis merah cukup cepat. Ia mulai ketagihan untuk berbisnis Anis merah.
Lambat laun, tepatnya di tahun 2016, bisnisnya tak hanya menyasar penggemar Anis merah di Bali, namun juga merambah hingga wilayah pulau Jawa. Sebab penggemar burung Anis merah tergolong sangat banyak.
"Di tempat saya paling murah Rp 1 juta. Yang paling mahal Rp 50 juta," ungkapnya.
Terlebih lagi, Anis merah juga kerap dilombakan. Di Bali, Arya menyebut setiap pekan selalu ada perlombaan di berbagai wilayah. Sedangkan di Bangli, tiap tahun ada dua lomba tingkat nasional.
"Kalau yang Pondok Anis Merah (PAM)nya sudah nasional. Itu biasanya berlangsung bulan Desember dalam rangkaian Penglipuran Village Festival. Selain itu bulan Juni juga diadakan lomba serupa untuk Bangli Era Baru. Dan di tahun ini skalanya sudah nasional," bebernya.
Baca juga: Ada Ratusan Ekor Burung Diselundupkan ke Jawa, Belasan Ekor Diantaranya Dilindungi
Tak hanya Anis merah, pria yang juga Lurah Kubu itu sempat menangkar Jalak Bali sekitar tahun 2015. Arya mengatakan saat itu ia membeli Jalak Bali Rp 8 juta sepasang. Sementara di Bali sendiri, pasarannya saat itu Rp. 12 juta.
"Akhirnya saya main di Jalak Bali. Itu selama tiga tahun saja," ucapnya.
Tidak Mudah Ditangkarkan
Arya Wibowo mengatakan Anis merah termasuk burung yang sensitif. Artinya saat berada di satu kandang, Anis merah sulit untuk kawin.
"Sehingga di Bali yang saya tahu masih dibawah 10 orang yang berhasil membiakkan. Jadi burung-burung ini kebanyakan masih berkembang biak secara liar. Ini adanya di Karangasem, Tabanan daerah Pupuan, di Singaraja, dan Kintamani.
Jadi di tempat-tempat itu indukannya tidak pernah ditangkap. Di musim-musim dari bulan November hingga Februari anakannya kan banyak. Siapa yang punya tegalan, dia yang mengambil. Namun kebanyakan desa saat ini sudah mulai melindungi," jelasnya.