Human Interest Story
Kisah Made Pasek, Perajin Anyaman Pandan di Karangasem, Pertahankan Warisan Leluhur
perajin anyaman pandan di Desa Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem yang masih bertahan di era gempuran globalisasi
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Tanganya masih cekatan menganyam pandan.
Tatapannya masih tajam.
Dan tenaganya masih kuat menjahit ratusan pandan yang sudah dirangkai, serta mengangkat daun pandan dari kebun.
Namanya adalah I Made Pasek. Usianya 50 tahun lebih.
Baca juga: KISAH Pelaku Pariwisata di Jungutbatu Bertahan saat Pandemi,Tutup Restoran Lalu Budidaya Rumput Laut
Beliau adalah perajin anyaman pandan di Desa Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem yang masih bertahan di era gempuran globalisasi.
Pria asli Desa Tumbu ini menggeluti kerajinan pandan sejak sekolah.
Mulai seriusi kerajinan anyaman pandan saat remaja. Tujuannya awal untuk lestarikan warisan leluhur.
"Saya menggeluti kerajinan ini sejak kecil. Yang mengajarkan menganyam pandan yakni orangtua. Tujuan awal untuk melestarikan warisan leluhur. Pertama saya hanya membuat anyaman tikar. Tahun 1996 baru coba buat tas karena adanya permintaan," jelas Pasek, Selasa 22 Februari 2022.
Setelah lama menggeluti kerajinan, Made Pasek memutuskan menjadi pengepul hasil kerajinan anyaman dari warga.
Mengingat banyak perajin kesulitan memasarkan hasil kerajinan mereka.
Lalu mendirikan Kelompok Kerajinan Pandan Wangi, yang beranggotakan sekitar 70 orang/KK.
"Dari sinilah kerajinan ini kembali perkembang. Kerajinan anyaman pandan sangat berdampak ke perekonomian masyarakat di Tumbu. Melalui kerajinan ini, warga memiliki penghasilan sampingan. Bisa dipakai untuk biaya anak sekolah dan kebutuhan sehari-hari," kata I Made Pasek.
Kerajinan mengayam pandan di Desa Tumbu ada sekitar abad ke-18.
Awalnya anyaman pandan digunakan kepentingan ritual, seperti untuk sembahyang dan membungkus mayat.