Agresi Rusia ke Ukraina
Tiap Hari Rogoh Rp 287 T untuk Biaya Perang, Presiden Vladimir Putin Mulai Frustasi
Dikutip dari BBC, laporan menyebut pasukan Rusia di sejumlah wilayah kehabisan bahan bakar.
TRIBUN-BALI.COM - Perang antara Rusia dan Ukraina makin mengganas.
Rusia tak menyangka Ukraina memberikan perlawanan yang luar biasa.
Namun Kementerian Pertahanan Rusia bersikeras serangan mereka telah berhasil.
Baca juga: Ratu Kecantikan Ukraina Lucuti Gaunnya, Pilih Angkat Senjata Lawan Pasukan Rusia
Seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS), mengatakan ada indikasi dalam 24 jam terakhir Moskow merasa frustrasi karena progres yang lambat akibat pertahanan Ukraina yang ternyata kuat.
Juga, kegagalan Rusia untuk mendominasi udara sepenuhnya.
Kementerian Pertahanan Inggris mencuitkan, kemajuan militer Rusia terhenti.
Baca juga: Diam-diam Ukraina Unjuk Gigih, Rusia Frustasi, Vladimir Putin Siapkan Langkah Strategis
Dikutip dari BBC, laporan menyebut pasukan Rusia di sejumlah wilayah kehabisan bahan bakar.
Institute for the Study of War mencatat perlawanan Ukraina tetap sangat efektif, meski Rusia lebih unggul dalam hal daya tembak.
"Sebenarnya, para jenderal Pentagon percaya, dalam 72 jam, perlawanan terorganisir Ukraina akan runtuh dan kemudian mungkin menjadi perang gerilya."
"Jadi mereka menyediakan senjata yang sebenarnya, sebelum perang pecah, sudah dapat digunakan oleh gerilyawan, seperti roket peluncur dari bahu, tombak, dan senjata anti-tank lainnya," kata Pavel Felgenhauer, analis pertahanan yang berbasis di Moskow, pada DW.
Baca juga: SOSOK Anastasiia Lenna, Ratu Kecantikan Ukraina yang Ikut Angkat Senjata Hadang Militer Rusia
Analis mengatakan, kepemimpinan militer Rusia terkejut dengan kurangnya dampak mereka pada serangan udara.
"Pasukan Rusia mengalami kesulitan menekan pertahanan udara dan kedirgantaraan Ukraina, juga pasukan Ukraina," ujar Mathieu Boulegue, seorang peneliti di Program Rusia dan Eurasia di Chatham House, pada DW.
Pentagon percaya saat ini Rusia telah memindahkan setidaknya 50 persen pasukan ke Ukraina, dari sekitar 150 ribu tentara yang dikumpulkan di perbatasan.
Baca juga: MENGENAL Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska, Siap Berkomitmen Pertahankan Negaranya Bersama Suami
Bukan hanya tentara reguler yang membuat terobosan melawan pasukan Rusia, tetapi juga sukarelawan yang telah membentuk milisi dan mempersenjatai diri dengan bom molotov buatan sendiri.
Mereka memasang penghalang jalan dan menghapus rambu-rambu jalan untuk membingungkan pasukan Rusia.
Sebagian besar analis memperkirakan, fase perang saat ini hanyalah tahap pertama dari taktik multi-cabang, dan bahwa militer Rusia sekarang akan memperluas serangan.
Baca juga: Mantan Ratu Kecantikan Ukraina Ikut Angkat Senjata Lakukan Perlawanan Terhadap Pasukan Rusia
“Mereka mulai dengan semacam perang hibrida yang diharapkan semua orang. Maksud saya Pasukan Khusus, penerjun payung, yang bukan hal klasik yang dikuasai militer Rusia."
"Ini bukan cara pertempuran di Suriah, di mana mereka membebaskan kota-kota Suriah, mengubahnya menjadi tumpukan puing."
"Sekarang kemungkinan besar mereka akan lebih serius, lebih bergaya Rusia, dan lebih agresif dalam menggunakan persenjataan berat," terang Felgenhauer.
Baca juga: Putin Perintahkan Pasukan Nuklir dalam Siaga Tinggi, Untuk Menggertak Negara Barat?
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah bereaksi terhadap serangan militer yang terhenti.
Masih mengutip DW, ia telah menempatkan pasukan pencegah nuklir di Rusia dalam siaga tinggi.
Selain terkait serangan, aksi Putin ini dilakukan lantaran buntut dari pernyataan agresif pejabat tinggi anggota NATO.
Baca juga: ROMAN ABRAMOVICH Dekat dengan Putin, Klub Miliknya Digosipkan Harus Dijual Gara-Gara Krisis Ukraina
"Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, tetapi pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai negara kita," kata Putin dalam komentar yang disiarkan televisi, dilansir Tribunnews.com.
Dalam perkembangan lebih lanjut, dilaporkan ada banyak penampakan peluncur roket termobarik ganda yang dapat dipasang ke sasis tank T-72.
Salah satu peluncur roket tersebut, TOS-1, terlihat di dekat kota Belgorod dekat perbatasan Rusia dengan Ukraina pada Sabtu sore, CNN melaporkan.
Baca juga: SOSOK Vladimir Putin, Presiden Rusia yang Sudah Menjabat 22 Tahun dan Perintahkan Serang Ukraina
TOS-1 adalah salah satu sistem senjata paling menakutkan di gudang senjata konvensional Rusia.
Ini terdiri dari wadah bahan bakar dan dua bahan peledak terpisah.
Mereka menggunakan oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan suhu tinggi.
Senjata itu pertama kali digunakan oleh militer Soviet di Afghanistan, dan terakhir di Suriah.
Pasukan Rusia telah menggunakan sistem roket ganda BM-21 "Grad" ("Hail") di timur dan selatan Ukraina.
Mantan Kepala Pertahanan Anggota NATO Estonia, Riho Terras mengatakan, Presiden Vladimir Putin saat ini tengah mengamuk.
“Putin sangat marah. Dia pikir seluruh perang akan mudah dan semuanya akan selesai dalam waktu 1 hingga 4 hari,” cuit Terras di Twitter seperti dikutip dari New York Post.
Menurut dia, Rusia harus mengeluarkan 20 miliar dolar AS atau setara Rp 287 triliun per hari untuk biaya perang.
Laporan lain mengatakan bahwa di antara unit militer Rusia yang melintasi perbatasan Ukraina itu, muncul nama Spetsnaz.
Dilansir NDTV pasukan khusus Rusia ini, menurut NATO, dikirim ke Belarus selama latihan militer bersama.
Mereka telah melakukan misi selama masa perang serta perdamaian, dalam keadaan darurat di seluruh dunia.
Apa saja kekuatan Spetsnaz?
Untuk memahami asal usul unit militer khusus yang canggih, penting untuk mengetahui tentang Glavnoye Razvedyvatelnoye Upravlenie atau GRU, dinas intelijen militer Rusia.
GRU hidup lebih lama dari KGB ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991 dan banyak kekuatan barat takut bahwa unit itu berkembang hari ini.
GRU, yang menurut Britannica adalah singkatan dari Direktorat Intelijen Utama, telah disalahkan atas serangan agen saraf Salisbury pada 2018.
Selain agen, unit intelijen militer ini juga memiliki unit komando sendiri yang disebut Spetsnaz. Misinya adalah untuk melakukan pengintaian dan sabotase.
Spetsnaz sangat aktif selama masa Soviet, dan bahkan mempelopori invasi di Afghanistan pada 1979, menurut BBC. Unit komando dibentuk pada tahun 1949.
Kata Spetsnaz diterjemahkan sebagai "penunjukan khusus" dan diterapkan pada unit militer elite di Rusia.
Pasukan Khusus Wanita
Nah, di dalam Spetsnaz tak hanya dihuni pasukan laki-laki namun ada juga unit pasukan khusus wanita.
Pasukan khusus ini biasa disebut sebagai "Fatal Beauty".
Dalam latiran perang misalnya, para calon anggota Spetsnaz harus mampu lari mendaki bukit yang tinggi.
Baca juga: Berikut 5 Fakta Terbaru Penyerangan Rusia ke Ukraina
Yang lebih sangar, mereka harus lari sembari membawa beban. Begitu sampai di puncak bukit, mereka akan "dihajar" habis-habisan oleh para pelatihnya.
Ya, walaupun cara menghajarnya sebenarnya masih memikirkan keselamatan dan cedera parah karena para pelatih itu masih menggunakan sarung tinju.
Oleh karena itu dengan proses pendidikan yang demikian keras dan brutal, anggota Spetsnaz awalnya dikhususkan untuk para pria.
Tapi mengingat banyaknya permepuan Rusia yang ternyata kemampuan bertempurnya lebih jago dari pria, per tahun 2008 Spetsnaz membuka penerimaan anggota perempuan.
Para prajurit wanita Rusia memang telah dikenal sebagai pasukan tempur yang tangguh.
Khususnya dalam PD II ketika mereka ikut bertempur mempertahankan Stalingrad dari serbuan pasukan Nazi Jerman.
Rusia bahkan memiliki ribuan pasukan sniper yang terdiri dari para wanita.
Salah seorang di antaranya, Lyudmila Pavichenko bahkan menjadi sniper paling terkenal di dunia karena berhasil membunuh 309 pasukan Nazi dalam PD II.
Total 650.000 pasukan wanita Rusia terlibat dalam PD II dan di medan perang mereka bertempur bahu membahu bersama para prajurit pria.
Sebanyak 1000 prajurit wanita Rusia bahkan dilatih untuk mengawaki pesawat tempur, pengebom dan transportasi.
Salah satu pilot wanita Rusia, Mayor Tamara Aleksandrovna bahkan berhasil menembak jatuh sebanyak 38 pesawat Nazi dalam PD II.
Dalam peperangan antara Rusia dan Chechnya (1994-1996) sebanyak 82 prajurit wanita Rusia juga dilibatkan sebagai pasukan khusus.
Sebanyak 23 tentara wanita berhasil mendapatkan prestasi dari pemerintah Rusia karena dinilai berprestasi di medan laga Chechnya.
Dengan latar belakang yang sudah kenyang peperangan itu, dalam perkembangan terkini, Rusia tidak hanya mengijinkan tentara wanita bergabung dengan
Spetsnaz.
Tapi juga diijinkan untuk bergabung dengan pasukan elit lainnya, yakni pasukan lintas udara (airborne) Ryazan Paratroopers.
Sebagai pasukan elite, para pasukan khusus wanita Rusia mendapatkan pendidikan yang tidak berbeda dengan para prajurit pria.
Yang jelas para pasukan khusus wanita Rusia selain terkenal cantik-cantik juga keganasannya (fatal beauty).
Pasalnya mereka sangat mahir bertempur baik saat menggunakan senjata maupun tangan kosong.
Berapa kekuatan total Spetsnaz?
Menurut BBC, pasukan komando di unit khusus Spetsnaz berjumlah antara 1.500 dan 2.000.
Unit ini dikendalikan oleh Layanan Keamanan Federal.
Mereka telah digunakan oleh Rusia dalam operasi internasional besar, seperti selama krisis Suriah baru-baru ini, dan untuk memimpin serangan terhadap pemberontak Kenya dua dekade lalu.
Mereka juga aktif selama Perang Dingin, sebagai pasukan pengintai medan perang udara, yang beroperasi jauh di belakang garis musuh.
Apa peran spesialis Spetsnaz?
Setelah runtuhnya Uni Soviet, tentara Spetsnaz direkrut untuk berbagai peran keamanan dan kontra-teroris.
Salah satu unit Spetsnaz, yang dikenal sebagai Vega, mengkhususkan diri dalam menangani insiden nuklir. Satu lagi yang disebut Fakel terampil dalam menangani situasi penyanderaan. (*)
Sumber: NDTV/BBC/Kompas.com/Grid.id
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengenal Spetsnaz 'Fatal Beauty', Pasukan Khusus Wanita Rusia yang Cantik-cantik Tapi Mematikan,