Berita Bali
Positif, Dilarang Mengarak, Tes Swab atau Antigen untuk Pengarak Ogoh-ogoh di Bali
Seka teruna yang ada di Kabupaten Badung dan yang akan mengarak ogoh-ogoh, Rabu 2 Maret 2022, melaksanakan tes swab PCR
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Kondisi tersebut karena ogoh-ogoh Kumbakarna setinggi sekitar 7 meter, tidak bisa diarak karena terhalang banyak kabel.
Karena itu, mereka pun menggunakan ogoh-ogoh kecil agar kegiatan ngarap bisa berjalan lancar.
Ketua Pemuda Bajar Palak, I Gede Manik Aditya Budi Suta, Selasa 1 Maret 2022 mengatakan, pihaknya menyayangkan bahwa perjuangan agar bisa mengarak ogoh-ogoh Kumbakarna, saat ini harus terganjal persoalan kabel.
Baca juga: DLHK Denpasar Siagakan 400 Personil Malam Pengerupukan, Minta Tak Tinggalkan Ogoh-ogoh Sembarangan
Pihaknya terpaksa menggunakan ogoh-ogoh yang lebih kecil.
"Kabel ini sudah dibahas beberapa kali, namun tidak kunjung ditemukan solusi. Keputusan akhirnya ogoh-ogoh (Kumbakarna) pun dibatalkan. Karena dipandang riskan, bahkan kabel melintangya tidak hanya satu. Sementara ogoh-ogoh kita cukup tinggi dan besar. Kita terpaksa pakai ogoh-ogoh yang lebih kecil," ujarnya.
Disebutkan, ogoh-ogoh pemuda Banjar Palak ini berwujud Kumbakarna, dengan ketinggian sekitar 7 meter itu telah dibuat saat Hari Raya Nyepi tahun 2020 lalu.
Setelah adanya informasi bahwa perayaan Nyepi kali ini boleh mengarak ogoh-ogoh, para pemuda setempat pun menyambut gembira.
Namun tak pernah menyangka, persoalan kabel menjadi penghalang mereka.
"Kami dari sekaa teruna sudah sempat mengukur tinggi ogoh-ogoh dengan kabel. Kami tidak tahu itu kabel milik PLN atau Telkom, yang jelas titiknya cukup banyak," ujarnya.
Awalnya, pihaknya ingin menyiasati dengan menunjang kabel tersebut saat ogoh-ogoh lewat.
Namun titiknya cukup banyak dan berisiko, sehingga solusi tersebut pun dinilai kurang maksimal.
"Kalau ditunjang takutnya merusak kabel itu, karena ogoh-ogoh sangat tinggi, nanti bisa kita yang disalahkan. Ada juga kabel yang terlalu kencang kan tidak mungkin untuk ditunjang, takutnya nanti kabel putus," jelasnya.
Manik beharap pada pihak terkait, baik PLN dan Telkom, agar lebih memperhatikan dan mempertimbangkan masalah kabel-kabel melintang.
Sebab selama ini, banyak tradisi dan budaya Bali berkaitan dengan ketinggian.
Mulai dari ngaben hingga pengarakan ogoh-ogoh. (gus/sup/mpa/mer/weg)
Kumpulan Artikel Bali