Berita Bali

Rangkaian Hari Raya Nyepi dan Maknanya, Upacara Melasti, Pengerupukan hingga Ngembak Geni

Pada hari Nyepi, suasana sekitar seperti mati, karena tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Selain itu, bagi yang mampu, juga melaksanakan tapa

Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Perlombaan ogoh-ogoh di Pusat Kota Semarapura 

TRIBUN-BALI.COM - Perayaan Hari Raya Nyepi dilakukan pada pergantian kalender Saka, yang jatuh pada penanggal Apisan Sasih Kedasa (Eka Sukla Paksa Waisaka).

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap).

Perayaan Nyepi atau Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian, dan hari kerukunan nasional.

Umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka dengan cara Nyepi selama 24 jam, dikutip dari Indonesia Baik.

Sehingga, tidak ada aktivitas seperti biasa.

Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Baca juga: Paket Nyepi di Kawasan The Nusa Dua Bali Ditawarkan Mulai Rp 1 Juta hingga Rp 2,7 Juta

Baca juga: Nyepi dan Maknanya Secara Esoteris Metafisis

Baca juga: Bandara Ngurah Rai Bali Tutup Operasional Saat Hari Raya Nyepi Selama 24 Jam

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/mikrokosmos) dan Bhuana Agung (makrokosmos/alam semesta).

Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.

Berikut ini rangkaian Perayaan Hari Nyepi, dikutip dari laman Desa Kekeran Buleleng:

Rangkaian Perayaan Nyepi

Upacara Melasti

Suasana rangkaian pemelastian di Pantai Kuta, Senin (28/2/2022) sore.
Suasana rangkaian pemelastian di Pantai Kuta, Senin (28/2/2022) sore. (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)

Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis.

Pada hari tersebut, semua sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau.

Inti dari acara ini adalah menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).

Upacara Melasti dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan, dan segara.

Umat Hindu percaya, laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.

Kemudian, sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat.

Buta Yadnya dilakukan mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.

Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).

Baca juga: Nyepi Jadi Sarana Mulat Sarira, Berikut Rentetan Perayaannya

Baca juga: Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Badung mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi

Tawur

Ritual Mapepada Wewalungan sehari sebelum Upacara Tawur Agung Kesanga di Klungkung tahun 2020 lalu. Upacara ini dilaksanakan serangkaian Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan setiap tahun di Pusat Kota Semarapura.
Ritual Mapepada Wewalungan sehari sebelum Upacara Tawur Agung Kesanga di Klungkung tahun 2020 lalu. Upacara ini dilaksanakan serangkaian Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan setiap tahun di Pusat Kota Semarapura. (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)

Tawur memiliki arti dalam bahasa Jawa sama dengan saur, dalam bahasa Indonesia berarti melunasi utang.

Di setiap catus pata (perempatan) desa atau pemukiman mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.

Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya.

Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak.

Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala, dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.

Pengerupukan

Banjar Poh Gending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Tabanan, saat malam pengerupukan memiliki sebuah tradisi yang berbeda dengan daerah lainnya. Adalah tradisi
Banjar Poh Gending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Tabanan, saat malam pengerupukan memiliki sebuah tradisi yang berbeda dengan daerah lainnya. Adalah tradisi "Siat Sambuk" yang bertujuan untuk nyomya butha kala saat malam Tilem Kasanga. (Banjar Poh Gending)

Kemudian, Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.

Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.

Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar.

Tujuannya sama, yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Puncak Acara Nyepi

Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya.

Pada hari Nyepi, suasana sekitar seperti mati, karena tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa.

Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" atau Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).

Selain itu, bagi yang mampu, juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.

Baca juga: RSD Mangusada Siapkan 200 Petugas Saat Nyepi, Layanan UGD Tetap Buka 24 Jam

Baca juga: Sambut Nyepi Tahun Saka 1944, Ketua DPRD Buleleng Imbau Implementasi Prokes di Catur Brata Penyepian

Demikianlah pelaksanaan Nyepi, sehingga umat Hindu dapat memulai suatu halaman baru yang putih bersih.

Setiap orang yang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan Paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).

Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.

Ngembak Geni (Ngembak Api)

Krama desa adat Kedonganan menggelar Tradisi Mebuug-buugan bertepatan dengan Ngembak Geni di hutan Mangrove jalan By Pass Ngurah Rai,Kedonganan,Jimbaran, Minggu (18/3). Setelah melumuri sekujur tubuh dengan lumpur,selanjutnya mereka menuju Pantai untuk melakukan pembersihan.
Krama desa adat Kedonganan menggelar Tradisi Mebuug-buugan bertepatan dengan Ngembak Geni di hutan Mangrove jalan By Pass Ngurah Rai,Kedonganan,Jimbaran, Minggu (18/3). Setelah melumuri sekujur tubuh dengan lumpur,selanjutnya mereka menuju Pantai untuk melakukan pembersihan. (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni, yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X).

Pada hari Ngembak Geni, perayaan Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari kedua.

Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih.

Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi, yang memandang semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Baca juga: Hari Raya Nyepi 2022, Jalan Tol Bali Mandara Tutup 32 Jam

Baca juga: Hari Raya Nyepi, Pelayanan Publik di Badung Akan Akan Ditutup Sementara hingga 6 Maret 2022

Sehingga, seluruh manusia hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan.

Tujuan dari perayaan ini adalah mencapai hidup di dalam kerukunan dan damai.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Rangkaian Hari Raya Nyepi dan Maknanya, Upacara Melasti, Tawur hingga Ngembak Geni, https://www.tribunnews.com/nasional/2022/03/02/rangkaian-hari-raya-nyepi-dan-maknanya-upacara-melasti-tawur-hingga-ngembak-geni?page=4

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved