PMI Asal Bali Pulang dari Ukraina
Kisah PMI Asal Bali Desak Yuni, Putuskan Kerja di Ukraina Karena Himpitan Ekonomi Akibat Pandemi
"Suami bekerja di kapal yang berlabuh di negara Singapura. Sedangkan saya melalui agensi disalurkan ke Ukraina sebagai terapis spa," jelasnya
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Bekerja di wilayah yang tengah berkonflik tentu membuat pihak keluarga cemas. Terlebih hanya seorang diri.
Seperti yang dialami Desak Made Yuni. Wanita 30 tahun itu merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Bangli yang bekerja sebagai seorang terapis di Ukraina.
Konflik yang terjadi di negara tersebut memaksa dirinya pulang meninggalkan Ukraina.
Desak Yuni mengatakan, ini kali kedua ia bekerja di luar negeri.
Baca juga: Bangli Akan Adakan PTM Terbatas Mulai 10 Maret
Sebelumnya sekitar enam tahun lalu ia pernah bekerja di Maldives dengan masa kerja selama setahun.
Hingga akhirnya ia pulang ke Bali dan selama empat tahun bekerja di beberapa tempat.
Namun karena himpitan ekonomi, disamping juga telah dirumahkan selama setahun lebih akibat damak pandemi Covid-19, Desak Yuni bersama suaminya yang bernama Dewa Made Budi Hartawan berkomitmen untuk sama-sama bekerja di luar negeri.
"Suami bekerja di kapal yang berlabuh di negara Singapura. Sedangkan saya melalui agensi disalurkan ke Ukraina sebagai terapis spa," jelasnya.
Kontrak kerja di tempat terapis itu selama setahun. Sedangkan Desak Yuni, masih harus bekerja di sana selama lima bulan.
Sejak konflik memanas, ia beberapa kali mendapat telepon dari keluarga di Bangli yang khawatir tentang kondisinya.
"Sebelum tanggal 24 Februari itu tyang masih merasa aman-aman saja. Hingga tanggal 23 Februari itu saya bahkan masih kerja dan beraktivitas seperti biasa," ujarnya.
Yang jelas paling khawatir, lanjut Desak Yuni adalah sang suami.
Pria 31 tahun itu kerap menanyakan kondisi sang istri karena mengikuti berita konflik antara Ukraina dan Rusia.
"Suami sering tanya bagaimana kondisi saya karena melihat berita. Dia juga meminta saya agar pulang, dan mau membelikan tiket.
Baca juga: Kisah Desak Yuni PMI Asal Bangli yang Kerja di Ukraina, Tak Bisa Tidur dan Harus Bolak-balik Bunker
Namun saya menjelaskan jika kondisi saya baik-baik saja.
Saya juga menjelaskan sudah dievakuasi oleh KBRI Ukraina. Bahkan hingga tiba di Bangli pun dia masih memantau via telepon," ungkapnya.
Tak hanya dari pihak keluarga, bosnya dari Ukraina juga menanyakan kondisi Desak Yuni pasca tiba di Bandara Jakarta. Dan wanita asal Ketewel Gianyar itu mengaku kondisinya baik-baik saja.
"Saya juga sempat menanyakan gaji saya selama dua bulan ini yang belum dibayarkan. Oleh bos saya dikatakan bahwa uangnya masih dibekukan. Karena bank-bank disana kan semuanya tutup. Namun bos saya menegaskan apabila saya butuh uang, dia akan mengusahakan," ucapnya.
Kini Desak Yuni telah kembali ke keluarganya. Ia bersyukur karena sudah diberikan keselamatan sejak evakuasi hingga tiba di Bali.
"Saya sangat lega, sangat bersyukur bisa bertemu keluarga. Dan saya sangat sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah mengevakuasi kami dengan selamat, tidak ada sampai luka-luka," ungkapnya.
Walau demikian kejadian selama di Ukraina masih terngiang-ngiang di benaknya.
Ia mengaku masih merasa paranoid saat mendengar suara-suara keras.
"Terutama saat di karantina di Jakarta. Disana kan agak bising, saat ada benda jatuh atau suara keras pasti spontan kaget dan langsung menengok ke sumber suara. Sampai saat ini pun masih trauma, masih kaget," ucapnya.
Disinggung apakah masih akan kembali lagi ke Ukraina, Desak Yuni mengaku masih menunggu dan memastikan situasi dan kondisi di Ukraina.
Baca juga: Dewan Minta Disperindag Bangli Perjelas Zona Dagang dan Buat Nota Perjanjian
Apabila sudah aman dan kontrak kerjanya masih, ada kemungkinan ia akan kembali lagi.
"Tapi kalau situasinya belum aman, saya cari kerja di Bali atau tempat lain," tandasnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Bangli