Berita Buleleng
KISAH PMI Asal Bali Terlantar di Turki, Pekerjaan Tak Sesuai Perjanjian dan Tinggal di Losmen Sempit
Pasalnya, ia dipekerjakan tidak berdasarkan hasil perjanjian. Bahkan tempat tinggal yang diberikan dinilai sangat tidak layak
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Putu Septiana Wardana bersama sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) lainnya asal Bali merasa telah ditipu oleh salah satu agen penyalur tenaga kerja.
Pasalnya, ia dipekerjakan tidak berdasarkan hasil perjanjian. Bahkan tempat tinggal yang diberikan dinilai sangat tidak layak.
Dihubungi melalui saluran telepon Kamis (10/3/2022), Septiana menyebut, ia membayar pihak penyalur (agen) sebesar Rp 25 juta untuk berangkat dan bekerja di hotel yang ada di negara Turki, tepatnya sebagai tenaga housekeeping dan steward.
Mereka berangkat dari Bali pada 9 Desember 2021 lalu, dan tiba di Turki sehari kemudian.
Baca juga: Diduga Gara-gara Kandang Kucing, Iskak Aniaya Ayahnya hingga Tewas di Buleleng
Namun rupanya visa yang diberikan oleh pihak penyalur bukanlah visa kerja, melainkan visa liburan.
Septiana pun mulai mencium adanya tindakan penipuan yang dilakukan oleh pihak penyalur.
Namun pihak penyalur mengaku akan segera mengurus visa kerja dan izin tinggalnya.
Bahkan setibanya di Turki pihaknya ditempatkan di sebuah losmen yang ukurannya sangat kecil.
Pihak penyalur mulanya berdalih jika losmen itu merupakan tempat karantina.
Namun hingga 19 hari para PMI tak kunjung dipindahkan ke tempat tinggal yang lebih luas.
Para PMI itu pun terpaksa tidur berdesak-desakan, hingga salah satu PMI memviralkan hal tersebut lewat video.
Selain itu, setibanya di Turki para PMI juga tak kunjung bekerja, karena pihak penyalur rupanya belum mencarikan pekerjaan untuk mereka.
Septiana bersama rekan-rekannya luntang-lantung di losmen tersebut.
"Ternyata setelah kami tiba di Turki, agen masih mencarikan pekerjaan buat kami. Tidak dipekerjakan langsung, seperti yang dijanjikan sebelum berangkat.
Baca juga: Polres Buleleng Ambil Alih Kasus Perkelahian Berdarah 2 Keluarga
Ada yang empat hari baru dapat kerjaan. Entah itu pekerjaan apa, dan tidak sesuai dengan perjanjian," ungkapnya.
Selang beberapa waktu, Septiana kemudian mendapatkan tawaran bekerja di restoran.
Namun ia bekerja di restoran itu hanya enam hari.
Septiana memutuskan untuk mengundurkan diri karena tidak kuat dengan cara kerjanya yang hingga delapan jam.
Karena resign tidak sesuai pada waktu yang tidak sesuai dengan perjanjian kerja, maka pihak restoran tidak memberikannya upah.
Septiana pun kembali menuntut pihak penyalur, agar dipekerjakan di hotel sesuai dengan perjanjian.
Namun permintaan itu tak dapat dipenuhi. Septiana justru kembali ditawarkan untuk bekerja di pabrik masker dengan upah 120 lira.
"Kami sempat bekerja di pabrik masker itu beberapa hari. Kemudian resign baik-baik lagi. Kami merasa bayar mahal-mahal tapi dipekerjakan di pabrik masker. Selanjutnya kami resign.
Saya mencari pekerjaan sendiri. Sekarang saya kerja di restoran, dengan upah yang cukup lah.
Agen itu rupanya tidak punya link kerjaan di bagian hotel, jadi saat kami tiba di Turki baru dicarikan kerjaan di luar perjanjian," ucapnya.
Baca juga: Tujuh PMI Asal Buleleng Telah Pulang dari Ukraina, Tiga Lainnya Masih Menjalani Karantina di Jakarta
Septiana pun mengaku kini hanya tersisa 13 PMI yang tinggal di losmen tersebut.
Ada beberapa pekerja yang memilih mencari pekerjaan masing-masing.
Ia pun mengaku masih mengumpulkan uang agar bisa menyewa losmen yang lebih layak.
Namun untuk menyewa losmen yang lain ungkap Septiana juga cukup sulit. Dimana syarat yang menyewa losmen harus warga Turki.
"Sudah ada beberapa PMI yang kabur. Yang tersisa di losmen itu tinggal sekitar 13 orang. Losmennya memang tidak layak.
Saya masih berusaha ngumpulin uang biar bisa menyewa losmen yang lebih layak dan memang agak susah nyari losmen lain karena syarat yang nyewa harus orang Turki," keluhnya.
Disinggung terkait permintaan untuk dibelikan tiket oleh pemerintah agar bisa kembali ke Bali, Septiana mengaku hal tersebut menjadi keinginan para PMI lain. Karena upah yang diterima sangat kecil.
"Masih ada beberapa teman yang penghasilannya kecil mereka ingin pulang. Kalau saya jujur belum bisa pulang karena berangkat ke Turki ini saya mengeluarkan uang banyak . Utang di rumah banyak," tutupnya.
Kasus dugaan penipuan ini telah dilaporkan oleh para korban di Polda Bali. Menurut informasi laporan tersebut telah dilimpahkan dari Polda Bali ke Polres Buleleng.
Dihubungi melalui saluran telepon, Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto mengaku belum mengetahui terkait adanya laporan tersebut.
"Saya belum tahu laporannya. Saya cek dulu ya, nanti saya kabari lagi," singkatnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Buleleng