Berita Bali

Turis Rusia di Bali Tak Bisa Tarik Uang Karena Rekening Diblokir: Kami Mungkin Akan Bekerja Disini

Dampak sanksi dunia dari "Operasi Militer Khusus" Rusia ke Ukraina pun semakin meluas.

Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Bambang Wiyono
Tribun Bali/Rizal Fanany
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung, Bali, Minggu 31 Januari 2021. Objek Wisata Garuda Wisnu Kencana tutup sementara mulai Senin 1 Februari 2021 hingga waktu yang belum ditentukan. Penutupan sementara ini untuk mendukung upaya pemerintah dalam menekan penyebaran Covid-19. 

TRIBUN-BALI.COM – Dampak sanksi dunia dari "Operasi Militer Khusus" Rusia ke Ukraina pun semakin meluas.

Turis Rusia yang tengah berwisata di Bali pun mulai merasakan sanksi internasional tersebut.

Ketika turis Rusia bernama Konstantin Ivanov mencoba menarik uang dari rekening bank di mesin ATM di pulau resort Indonesia Bali, transaksi itu diblokir.

Sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap bank-bank Rusia atas invasinya ke Ukraina berdampak pada warganya di luar negeri, yang dibiarkan berebut mencari uang tunai atau beralih ke transaksi kripto untuk bertahan hidup.

"Ini telah menciptakan masalah besar bagi kami. Kami benar-benar kehilangan keuangan kami - sepertinya mereka telah benar-benar membekukan dan kami tidak dapat menggunakannya sama sekali di sini," kata Ivanov dikutip Tribun-Bali.com dari Kontan.co.id pada Kamis 10 Maret 2022 dalam artikel berjudul Rekening Bank Diblokir, Turis Rusia di Indonesia Tak Dapat Menarik Uang.

Ivanov menambahkan bahwa dirinya mungkin harus bekerja di Indonesia.

Kedubes Rusia: Bank Rusia Bisa Gunakan Sistem Pembayar China

Kedutaan Rusia di Jakarta mengatakan pihaknya memberikan informasi dan bantuan kepada setiap warga negara yang menghadapi masalah.

Denis Tetiushin, juru bicara kedutaan, mengatakan Bank Pochta Rusia sekarang menawarkan kartu virtual menggunakan sistem UnionPay China, bukan Visa atau Mastercard.

"Ini gratis dan orang dapat membukanya dimanapun mereka berada," katanya dalam pesan teks.

Baca juga: AS Sebut Rusia Akan Gunakan Senjata Biologis, Rumah Sakit Bersalin di Ukraina Diserang Kremlin

Sementara itu lebih dari 7.000 orang Rusia terdampar di Thailand, tujuan pantai populer lainnya karena pembatalan penerbangan, mata uang rubel jatuh bebas, dan masalah pembayaran. 

Ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991, setelah negara-negara barat dalam beberapa hari terakhir mengisolasinya dari sistem keuangan global. 

Sistem pembayaran internasional SWIFT telah memutuskan beberapa bank Rusia dari jaringannya, sementara Visa dan Mastercard mengatakan mereka memblokir penggunaan luar negeri dari kartu mereka yang dikeluarkan oleh bank Rusia mulai 9 Maret.

Diketahui Bali adalah tujuan liburan populer dengan turis Rusia, yang berbondong-bondong ke pulau itu oleh puluhan ribu sebelum pandemi dan termasuk yang pertama kembali ketika perbatasan dibuka kembali sebagian tahun lalu.

Sekitar 1.150 orang Rusia masuk ke Indonesia pada Januari 2022, menurut data dari biro statistik.

Rifki Saldi Yanto, manajer sebuah kafe lokal, mengatakan dia telah melihat penurunan pelanggan Rusia dalam beberapa hari terakhir dan banyak sekarang membayar dengan uang tunai daripada kartu kredit.

Pemerintah AS Sebut Rusia Akan Gunakan Senjata Biologis pada Invasinya ke Ukraina

Pemerintah Amerika Serikat (AS) membantah jika pihaknya mendukung Ukraina soal program senjata biologi.

Bahkan, pihak Gedung Putih menuduh Moskow lah yang akan menggunakan senjata biologis tersebut dalam menyerang Ukraina.

Dilansir Tribun-Bali.com dari AFP via Kompas.com pada Kamis 10 Maret 2022 mengungkapkan jika pihak Rusia menyebarkan berita hoaks

"Kremlin dengan sengaja menyebarkan kebohongan bahwa Amerika Serikat dan Ukraina melakukan kegiatan senjata kimia dan biologi di Ukraina," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price.

"Rusia menciptakan dalih palsu dalam upaya membenarkan tindakan mengerikannya sendiri di Ukraina," lanjut Price.

Baca juga: VIDEO Serangan Rusia Hantam Rumah Sakit Bersalin di Mariupol Ukraina, Anak-anak Terkubur Reruntuhan

Kemudian, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, klaim itu tidak masuk akal dan "Kami juga melihat pejabat China menggemakan teori konspirasi ini."

Hal tersebut disampaikannya lewat akun Twitter pribadinya @PressSec pada 10 Maret 2022.

"Sekarang Rusia membuat klaim palsu ini ... kita semua harus waspada terhadap kemungkinan Rusia menggunakan senjata kimia atau biologis di Ukraina," tulisnya.

Pada 6 Maret, Kementerian Luar Negeri Rusia menulis di Twitter bahwa pasukan Rusia menemukan bukti Kyiv menghapus jejak program militer-biologis di Ukraina, yang diduga dibiayai oleh Amerika Serikat.

Price mengatakan, "Disinformasi Rusia ini benar-benar omong kosong" dan menambahkan, Rusia memiliki "rekam jejak menuduh Barat atas kejahatan yang dilakukan Rusia sendiri."

Namun, Amerika Serikat pada Selasa (8/3/2022) mengatakan, pihaknya bekerja dengan Ukraina untuk mencegah pasukan Rusia menyita bahan penelitian biologis di negara itu.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved