Human Interest Story

KISAH Kadek Mega, Perajin Lengis Tandusan di Bangli Mampu Sekolahkan Anak Hingga S2

Pria asal Banjar Tegal, Kelurahan Bebalang, Bangli itu telah memulai usaha ini sejak 22 tahun lalu bersama sang istri Luh Putu Sri Utami Dewi

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Kadek Mega saat mengupas kulit kelapa. Rabu (16/3/2022) 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Minyak kelapa tradisional Bali, atau yang lebih dikenal dengan lengis tandusan, merupakan salah satu produk olahan minyak tanpa bahan pengawet.

Minyak tradisional ini sangat dicari oleh masyarakat.

Salah satu perajin lengis tandusan yakni Kadek Mega.

Pria asal Banjar Tegal, Kelurahan Bebalang, Bangli itu telah memulai usaha ini sejak 22 tahun lalu bersama sang istri Luh Putu Sri Utami Dewi.

Baca juga: Parkir di Kawasan Alun-alun Kota Bangli Dilimpahkan ke Banjar Adat Blungbang

Namun siapa sangka, Kadek Mega sebelumnya sempat dirumahkan, akibat dampak bom Bali tahun 2002 silam.

Kadek Mega mengungkapkan ia menjadi perajin lengis tandusan sejak tahun 2000.

Awalnya produksi lengis tandusan hanya sebagai kerjaan sampingan. Sebab kesehariannya ia bekerja di rumah makan wilayah Kuta, Badung.

"Namun karena bom Bali tahun 2002, akhirnya saya dirumahkan. Dari tahun itulah mulai serius menjadi perajin minyak tandusan," ucapnya saat ditemui di rumah produksi lengis tandusan, Rabu (16/3/2022).

Dari hasil lengis tandusan ini, Kadek Mega mampu menyekolahkan dua anaknya hingga tingkat perguruan tinggi. Bahkan salah satu anaknya sampai tingkat S2 di kampus Singaraja.

"Sekarang anak pertama saya sudah jadi guru, sedangkan yang kedua jadi kerja di Lapastik Bangli," ujarnya.

Di tengah kesibukannya, Kadek Mega mengatakan jika lengis tandusan ini banyak peminatnya. Terutama untuk keperluan kuliner Bali.

Beberapa yang paling terkenal yakni Lawar, Mujair Nyat-nyat, hingga sambal matah. Diyakini masakan yang diolah menggunakan minyak tandusan memiliki citarasa yang khas dan aroma yang lebih wangi.

"Bisa juga digunakan untuk minyak urut," ucapnya.

Sembari mencongkel isi kelapa, pria paruh baya itu mengatakan dalam sehari ia membutuhkan 80 hingga 100 butir kelapa untuk proses produksi.

Baca juga: Pengalihan Lalu Lintas Berlangsung 15 Hari Jelang Karya Ngusaba Kedasa Pura Ulun Danu Batur Bangli

Dari jumlah tersebut Kadek Mega mengatakan bisa menghasilkan 15 hingga 20 botol lengis tandusan ukuran 600 mililiter.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved