Berita Gianyar
Keluarga Suweta Tolak Hasil Rekonstruksi, Kapolsek Gianyar Sebut Penolakan Tak Berdasar
Kasus tewasnya I Wayan Suweta asal Banjar Benawah, Desa Petak Kelod, Gianyar, Bali, yang tewas di sungai setempat seusai mabuk di acara pernikahan
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kasus tewasnya I Wayan Suweta (42) asal Banjar Benawah, Desa Petak Kelod, Gianyar, Bali, yang tewas di sungai setempat seusai mabuk di acara pernikahan warga setempat pada 16 Desember 2021, menyisakan persoalan.
Pihak keluarga menolak hasil rekonstruksi dari kepolisian sebab mereka curiga ada kejanggalan dalam tewasnya Suweta.
Menurut mereka, sebelum tewas, korban sempat berkelahi dengan sejumlah orang di acara pernikahan tersebut.
Sementara dari hasil rekonstuksi kepolisian tidak memperlihatkan adanya unsur tersebut.
Baca juga: TRAGIS, Amiluddin Meninggal Saat Perekaman e-KTP, Terdesak Urus BPJS Kesehatan karena Akan Operasi
Paman korban tewas, I Ketut Durus kepada wartawan, Rabu 16 Maret 2022 mengatakan, pihak keluarga sampai saat ini belum mempercayai bahwa I Wayan Suweta meninggal dengan cara baik-baik.
Sebab, berdasarkan keterangan sejumlah pihak yang didengarnya, sebelum Suweta ditemukan tewas, ia sempat bertengkar fisik di acara pernihakan.
"Katanya anak saya bertengkar. Terus mantu saya minta maaf ke rumah orang yang punya acara. Akhirnya ada pengakuan di sana, (keponakan saya) sempat bertengkar bergulat," ujar Durus.
Bahkan saat mengikuti autopsi di RSUP Sanglah, Durus bersama keluarga lainnya mendengar dokter mengatakan tidak ada unsur kekerasan dan penganiayaan.
Namun, terdapat 26 titik tumpul dan di dadanya ada tekanan.
Hal ini pun menguatkan kecurigaan Durus bersama keluarga lainnya bahwa keponakannya tersebut dibunuh.
Hanya saja, hasil autopsi tersebut hanya didengarnya secara lisan, tanpa adanya keterangan tertulis.
"Saat autopsi keluar hasilnya, penjelasan dokter saya dengar bersama keluarga. Keterangan lisan dokter, tidak ada unsur kekerasan dan penganiayaan. Tapi 26 titik tumpul dan di dadanya ada kekerasan tekanan. Saya pernah minta ke Polsek, termasuk Polda untuk permohonan hasil autopsi. Tapi tidak dikasih, katanya itu rahasia penyidik," ujar Durus.
Ketika Polsek Gianyar melakukan rekonstruksi tentang kematian keponakannya, pihaknya tidak mau menandatangani hasil rekonstruksi.
"Saya tolak hasil rekontruksi. Sebab saat itu tidak ada rekontruksi bertengkar fisik. Saat rekonstruksi hanya bertengkar mulut setelah itu mati," ungkap Durus.
Durus mengatakan, istri korban pun sempat mau membuat laporan ke Polres Gianyar, namun tidak diterima lantaran laporan harus diawali di Polsek.
Sementara ketika di Polsek Gianyar, Durus mengatakan, laporan tersebut tidak diterima karena penyelidikan sedang berjalan.
"Setelah kejadian, saya membuat laporan ke Polsek. Tidak diberikan oleh pihak di Polsek. Setelah 1 bulan berjalan kami membuat laporan di Polres, tapi tetap ditolak. Katanya laporan itu harus berawal di Polsek. Lagi kami ke Polsek. katanya kasus ini sedang berjalan, makanya tidak dikasih melapor," ujarnya.
Kapolsek Gianyar, Kompol I Gede Putra Astawa mengakui pihak keluarga korban tewas di Benawah menolak alias tidak mau menandatangani hasil rekonstruksi.
Menurut Kompol Astawa, kecurigaan mereka tidak berdasarkan sumber yang jelas.
Karena itu, pihaknya pun bergerak sesuai kecurigaan keluarga korban.
"Maunya korban sesuai dengan sekenario dia, sesuai dengan apa-apa yang dia tahu dari dukun, berdasadkan informasi yang tak jelas itu. Terkait sempat berkelahi, penyidik sudah meminta keterangan saksi-saksi. Bahkan kami sudah minta keterangan yang menyebutkan korban sempat berkelahi, tapi yang bersangkutan tidak bisa menjelaskan, karena mendengar saja," ujar Kapolsek.
Terkait penolakan laporan keluarga korban, Kompol Astawa mengatakan bukan menolak.
Baca juga: Ayah April Jasmine Meninggal, Ustaz Solmed Ceritakan Perubahan Sikap Sang Mertua Sebelum Meninggal
Namun laporan yang dilakukan tanpa dasar yang jelas.
"Kalau ada bukti baru, silakan sampaikan," ucapnya.
Lalu, apa penyebab kematian korban?
Kapolsek mengatakan, berdasarkan hasil autopsi, tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh korban.
Dia diduga tewas karena saat jatuh, kepalanya terendam air.
Diduga karena terlalu mabuk, yang bersangkutan pun tidak bisa menyelamatkan diri.
"Dari hasil rekonstuksi, dia tidak bawa sepeda motor. Dia jalan kaki dari tempat minum ke TKP. Lalu di sana dia terpeleset. Yang menyebabkan dia meninggal itu karena kepala tenggelam di air. Mungkin karena terlalu mabuk, jadi tidak bisa menyelamatkan diri," katanya. (*)
Kumpulan Artikel Gianyar