Berita Tabanan

Harga Daging Ayam Anjlok, Pinsar Bali Mesadu ke Bupati Tabanan

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Bali mendatangi Kantor Bupati Tabanan, Senin (21/3).

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Karsiani Putri
Tribun Bali/I Made Prasetya Aryawan
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Bali, Ketut Yahya Kurniadi saat memberikan keterangan terkait permasalahan harga daging ayam anjlok di Kantor Bupati Tabanan, Senin 21 Maret 2022. 

"Karena kami gunakan pola lama, jadi kami kalah bersaing. Nah sekarang untuk maju mengikuti tekologi baru tersebut akan kesulitan mengingat modal kami kurang. Kami juga takut mengikuti jika pangsa pasar kami tidak pasti atau tidak menjanjikan. Jadi itu benang merahnya," ungkapnya.

Yahya mengatakan, pangsa pasar daging ayam di Bali sudah dimonopoli sejak puluhan tahun lalu.

Pabrik besar seharusnya bisa masuk ke pangsa pasar di Bali tanpa masuk ke pangsa pasar peternak lokal mandiri.

"Sejak pola kemitraan mereka tambah subur. Aturan terbaru mereka memang diizinkan melakukan pola kemitraan. Tapi marketnya ini yang belum dilaksanakan," ungkapnya.

Dia menyebutkan, hal ini terjadi sejak 1998 lalu atau saat krismon.

Peternak mandiri tiarap dan pabrik diizinkan melakukan kemitraan sehingga menjadi subur.

Dan berbanding terbalik dengan petani dengan pola UMKM atau mandiri menjadi mati.

"Sekarang yang bertahan hanya peternak yang menerapkan pola peternak modern seperti kami yang tersisa. Tapi tetap kalah bersaing karena kami beli segalanya juga di sana (pabrik) dan berebut pasar dengan mereka. Apalagi HPP kami segitu,” katanya.

Yahya menegaskan, harapan dari para peternak di Bali, khususnya Tabanan ini adalah dibuatkan regulasi berupa Perda.

Sehingga, nantinya Perda itu akan membuatkan aturan terkait semua hal, terutama daging.

Apalagi pihaknya juga sempat mengusulkan Pos Kontrol di Banyuwangi bekerjasama dengan Pihak Karantina untuk menyeleksi daging yang masuk ke Bali.

"Sebelumnya kami juga sudah usulkan ada pos kontrol agar bisa menyeleksi, terutama dari perizinannya. Tapi, wewenang pihak karantina hanya bertugas menjamin agar jangan sampai daging berpenyakit masuk ke Bali. Sehingga beberapa pihak, seperti Dinas Peternakan juga diharapkan ada di dalamnya. Kami berharap perusahaan besar diatur kuotanya agar mengutamakan lokal lah. Kalau perang, ya jelas kami kalah terus," katanya.

Terpisah, para peternak ayam di Jembrana juga mengeluh karena penurunan harga ayam broiler.

Terutama untuk harga ayam broiler hidup yang harga turun sejak beberapa waktu lalu.

Dan tidak ada kenaikan hingga saat ini. Penurunan ini tentunya berdampak pada biaya produksi atau pemeliharaan ayam.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved