Berita Tabanan

Harga Daging Ayam Anjlok, Pinsar Bali Mesadu ke Bupati Tabanan

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Bali mendatangi Kantor Bupati Tabanan, Senin (21/3).

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Karsiani Putri
Tribun Bali/I Made Prasetya Aryawan
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Bali, Ketut Yahya Kurniadi saat memberikan keterangan terkait permasalahan harga daging ayam anjlok di Kantor Bupati Tabanan, Senin 21 Maret 2022. 

Made Umbara, peternak di Jembrana menyatakan, harga ayam broiler turun sejak beberapa waktu lalu. Biasanya, harga standar Rp 20 ribu per ekor untuk ayam hidup. Sedangkan saat ini di harga Rp 18.500. Tentu saja, harga jual sebesar itu, tidak mencukupi untuk biaya produksi.

“Kalau hitungannya antara biaya produksi dengan harga jual tidak mencukupi,” ucapnya, Senin.

Data yang dihimpun, di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, tercatat ada sekitar 84 peternak ayam di Jembrana. 84 peternak ayam broiler itu tersebar di lima kecamatan, yakni di Kecamatan Melaya 25 peternak, Negara 22 peternak, Jembrana 7 peternak, Mendoyo 27 peternak dan Pekutatan 3 peternak. Sedangkan peternak ayam petelur di Jembrana 30 peternak, di Melaya ada 9, Jembrana 12 peternak, Mendoyo 3, Pekutatan 1 peternak.

Cristian Angga, peternak ayam kampung, mengaku harga ayam kampung masih tetap sama. Tidak ada kenaikan atau penurunan harga di Jembrana.

Harga per ekor ayam kampung yang hidup dijual atau dibeli Rp 35 ribu.

Dan harga tersebut cukup untuk menutupi biaya produksi peternakan ayam kampung. 

DPRD: Pemprov Harus Bela Peternak

PARA peternak ayam di Bali menjerit setelah anjloknya harga daging ayam di Bali.

Ini karena harga di peternak saat ini di bawah harga pokok, yakni di kisaran Rp 15 ribu dan maksimal Rp 20 ribu per kg.

Sementara harga pokok di angka Rp 21.500 hingga Rp 22.000. Kondisi ingin terjadi sejak 1,5 bulan lalu.

Terkait hal tersebut, Ketua Komisi II DPRD Bali, Ida Gde Komang Kresna Budi mengakui kondisi tersebut terjadi lantaran adanya monopoli dari pabrikan besar yang menggilas peternak lokal.

Bahkan, menurutnya tindakan monopoli tersebut sudah terjadi secara massif sejak dari pembibitan sampai penjualan produk ayam, seperti daging.

"Saya sudah turun (ke lapangan). Saya menemukan ada monopoli distribusi ayam dari bibit, pakan, sampai penjualan, karena apa? Karena kita lemah," ujarnya, Senin (21/3).

Saat disinggung apakah pihaknya akan membuat atau menginisiasi adanya regulasi Perda untuk mengatur hal tersebut, politikus Golkar itu menjawab secara diplomatis.

Menurut Kresna Budi, pembuatan Perda tersebut bukan menyelesaikan masalah.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved