Berita Bali
Soal Profesi Pawang Hujan, Guru Mangku Hipno: Diperlukan Tapa, Brata, Diksa, hingga Sarana Upakara
Perlu banyak proses baik dari diri sendiri, maupun dari luar untuk membantu seseorang menjadi pawang hujan.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
Maka tiba-tiba bisa berhenti.
Baca juga: Aktivasi Aura Emas Buka Kunci Kebahagiaan, Guru Mangku Hipno: Mengubah Kondisi Rezeki
Baca juga: Guru Mangku Hipno: Hidup Mati Bertautan dengan Karma
“Terhadap kasus seperti ini biasanya orang yang nerang tersebut akan ragu. Apakah hujan berhenti karena dirinya yang nerang, atau karena hujan berhenti karena suatu kebetulan semata,” katanya.
GMH juga menjelaskan, bahwa Indonesia khususnya Bali kaya dengan adat, budaya. Kaya dengan budaya yang memiliki nilai adiluhung.
Maka masing-masing memiliki seni untuk menerjemahkan pengetahuan yang dimilikinya, saat menjadi pawang hujan.
“Tentu saja semua baik dan semua benar, saat faktanya mampu menghentikan hujan dengan metodenya,” ujarnya. Asalnya tidak didasari sifat jumawa dan ego kesombongan.
Ditanyakan mengenai biaya, GMH menjawab bahwa kisaran biaya sangat relatif. Tergantung siapa yang punya acara, apa acaranya, dimana tempatnya, dan berapa lama waktunya.
“Biasanya sesuai pengalaman guru menjadi pawang hujan profesional, dibayar per jam pada kisaran Rp 1,5 juta sampai dengan Rp 3 juta,” sebutnya.
Pernah pula, sesuai pengalamannya sebagai tukang terang sampai lebih dari dua hari. Maka GMH akan memakai sistem kontrak yaitu selama 2 sampai 5 hari dengan kisaran biaya Rp Rp 15 juta sampai Rp 20 juta.
”Astungkara, sejauh ini guru selalu berhasil menjalankan tugas dengan baik. Sehingga masih dipercaya menangani berbagai kegiatan yang berhubungan dengan menghentikan hujan,” katanya.