Berita Jembrana
Perjuangan Petani Keramba Jaring Apung, Berkembang Pesat dari Modal Nekat
Sebelumnya sebagai seorang nelayan tangkap di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, Agus Sulaimi tak puas meskipun hidupnya sebetulnya agak cu
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA- Sebelumnya sebagai seorang nelayan tangkap di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, Agus Sulaimi tak puas meskipun hidupnya sebetulnya agak cukup.
Agus melihat potensi desanya yang bisa dikembangkan dari sektor kelautan.
Ditambah lagi, penghasilan nelayan juga kadang tidak menentu di musim-musim tertentu karena faktor cuaca.
Baca juga: SEGERA Cek Bansos PKH Tahap 1 yang Masih Cair Pada Bulan Maret 2022
Baca juga: JADWAL Libur Bersama dan Tanggal Merah Idul Fitri 2022
Baca juga: JAM Kerja PNS Berubah Selama Bulan Ramadan 1443 Hijriah, Ini Rinciannya
Agus Sulaimi pun mengembangkan keramba jaring apung, dengan melakukan budidaya kerapu hybrid yang saat ini sedang hype atau jaadi peemicaraan karena diminati oleh pasar.
Baik pasar lokal atau internasional.
Agus Sulaimi mengatakan, dirinya merupakan petani keramba jaring apung yang mengawali dengan segala keterbatasan pengetahuan.
Ia hanya bermodal ketekunan dan keyakinan untuk dapat membudidaya ikan kerapu hybrid.
Dan sekarang, usahanya sudah berkembang ke budidaya lobster, dan kerang mutiara.
Awal dari menjadi petani keramba jaring apung itu adalah ketidaktahuan.
Modalnya hanya keinginan besar untuk budidaya di Desa Candikusuma, tempat tinggalnya yang memiliki potensi laut yang ada.
“Modal awal ya cuma keinginan besar. Kalau modal sesungguhnya ya justru itu yang menjadi kendala,” ucapnya, Senin (28/3).
Agus menuturkan, sebelum keramba jaring apung dibuat, dirinya hanya berkeinginan untuk membuat keramba dengan bambu dengan besaran anggaran sekitar Rp 10 juta.
Laiknya gayung bersambut, keinginannya itu kemudian bersamaan dengan kegiatan keramba yang jadi program pemerintah, yang akan memberikan bantuan kepada kelompok keramba jaring apung.
Dari situlah kemudian dirinya mulai ada niatan mengajukan proposal mendapatkan keramba.
“Akhirnya dapat keramba satu unit dengan delapan lubang dengan besaran 3x3 meter. Tapi, ya cuma bantuan jaring apung. Dan beberapa bulan kosong, karena nelayan sulit mencari modal. Tapi akhirnya, dan kebetulan kenal dengan teman ada orang budidaya yang memiliki bibit kerapu,” ungkapnya.