Berita Denpasar

Perdiknas Minta Dosen Undiknas yang Sudah Doktor agar Segera Mengejar Guru Besar

Ketua Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Dr. AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda meminta, seluruh dosen di Universitas Pendidikan Nasional

Istimewa
Ketua Perdiknas Dr. AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda (kanan) bersama Prof. Ir. Gede Sri Darma, S.T.,M.M., D.B.A, FPE 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ketua Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Dr. AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda meminta, seluruh dosen di Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) tidak mengutamakan kenyamanan pribadi, namun menyeimbangkan dengan kenyamanan organisasi.

Kenyamanan organisasi yang dimaksud ketua yayasan yang menaungi Undiknas tersebut adalah, salah satunya dengan cara mempercepat kualifikasi pendidikan dosen.

Terutama bagi mereka yang sudah doktor lektor kepala agar segera berjuang ke jenjang guru besar.

Baca juga: Lowongan Kerja Bali Dibuka Loker Posisi Customer Service Penempatan Denpasar

“Potensi calon guru besar di Undiknas sangat besar. Saat ini saja, Undiknas memiliki 34 doktor, dan 5 guru besar. Sedangkan yang masih menempuh studi doktor sebanyak 45 orang,” katanya dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali pada Sabtu, 2 April 2022.

Perdiknas, menurutnya, punya komitmen yang kuat mensejahterakan pegawainya yang punya loyalitas tinggi untuk kemajuan organisasi.

Sehingga meskipun pertemuan tersebut bersifat informal dan berangkat dari hati ke hati, ia ingin ada hasil nyata minimal satu tahun ke depan.

Untuk memberikan motivasi kepada dosennya, Gung Eddy mengundang secara khusus salah satu guru besar Undiknas, Prof.Ir. Gede Sri Darma, ST., MM., DBA, FPE.

Diketahui, Sri Darma sempat memecahkan Rekor Muri kategori Profesor Termuda di usia 37 tahun.

Baca juga: Dugaan Korupsi KMK di Bank BPD Bali, Penyidik Kejati Bali Geledah Rumah Debitur di Denpasar Timur

Menurut Sri Darma, Undiknas telah berusia 53 tahun.

Berbekal pengalaman panjang tersebut, ia yakin akan banyak lahir profesor-profesor baru dari rahim perguruan tinggi swasta terbaik di Bali yang digagas duo tokoh pendidikan (almarhum) IGN Gorda dan  Ketut Sambereg tersebut.

Ia pun membeberkan, regulasi untuk merengkuh guru besar saat ini dengan zamannya relatif sama.

Bahkan, sekarang justru lebih mudah karena akses informasi bisa diperoleh dari mana saja.

Tentunya sangat berbeda saat dirinya berproses ke guru besar yang notabene masih manual.

“Setiap peraturan ada zamannya, Dan, setiap zaman ada peraturannya,” katanya.

Menurutnya, kunci sukses meraih gelar guru besar hanya tiga, yakni semangat, kemampuan dan strategi.

Baginya, setiap dosen wajib bercita-cita menjadi guru besar karena hal tersebut sebuah keniscayaan.

“Jika tidak memiliki tekad (ke guru besar) mending jangan jadi dosen. Ini ibarat lulusan akademi militer, pasti ingin berpangkat jenderal,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved